Minggu, 25 Oktober 2009

Game Developer, antara Hobi dan Profesi



Catatan lain dari pameran Jogjakomtek 2009

Ruang Publik untuk Anak

Dunia ini tak lebih dari “sebuah permainan”. Menjalani kehidupan sama halnya dengan “bermain”. Memilih sebuah permainan yang di dalamnya ada aturan main yang harus kita ikuti.

Game Developer salah satu hobi kreatif yang menjanjikan masa depan.

Dari anak kecil sampai orang tua, siapa yang tak suka bermain?Tentu saja permainan anak-anak dan orang tua akan berbeda. Bermain dan permainan tidak sebatas menjadi hiburan semata. Lebih dari itu, bermain menjadi sebuah ruang khatarsis secara artifisial maupun simbolis.

Dalam salah satu film Hollywood yang berjudul Jumper diceritakan tentang seorang anak indigo yang mempunyai kemampuan teleportasi (menerabas ruang dan waktu dengan kekuatan pikiran). Realitas film sebagai hasil rekayasa imaji,fantasi simulasi yang diolah sedemikian rupa seolah-olah nyata. Segala rekayasa fiksi dapat dikonstruksi sedemikian rupa, bahkan untuk mewujudkan “kemustahilan” sekalipun.

Pada kenyataan hari ini, di sekitar kita, tanpa satu “kelebihan khusus” sekalipun, setiap orang mampu menerabas ruang dan waktu, bahkan yang mustahil sekalipun dengan berbagai cara yang dianggap paling efektif, efisien walaupun terkadang sering mengabaikan rasionalitas. Lihat saja bagaimana handphone, televisi, internet, video game dan sebagainya yang akrab dengan sebagian besar “manusia kini”. Handphone, televisi, internet, video game hanya beberapa contoh hasil rekayasa industri kreatif yang terus diupdate dan diupgrade (dikembangkan) sedemikian rupa baik desain maupun fiturnya.

Kembali pada dunia bermain. Ketika ruang bermain fisik anak terasa mengkhawatirkan, semakin sempit, bahkan mungkin tidak ada lagi, maka anak-anak memerlukan sebuah ruang alternatif. Untuk memenuhi hasrat bermainnya, kemudahan mengakses teknologi dijadikan salah satu pelampiasan. Salah satunya video game. Anak-anak masuk ke dalam ruang-ruang “kemustahilan” dalam rekayasa animasi visual. Berpetualang ke dunia maya, berteleportasi tetapi tidak menggunakan kekuatan pikiran seperti dalam films Jumper.

Anak kecil generasi hari ini lebih akrab dengan Playstation, Xbox, Nintendo, Game Boy, dll ketimbang permainan tradisional seperti jamuran, cublak-cublak suweng, congklak, dll. Zaman sudah berbeda, sebagian besar anak-anak lebih suka berada di rental playstation daripada berkumpul dengan kawan-kawannya untuk sekedar bermain petak umpet di halaman rumah. Apakah ini tanda ruang publik untuk anak-anak sudah tak ada lagi?

Hiburan, anak-anak, ruang bermain telah dikomodifikasi sedemikian rupa oleh pihak tertentu demi meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Ruang-ruang publik fisik untuk anak telah berpindah ke dalam kepingan CD game, lorong-lorong yang penuh warna, kilatan cahaya, kekerasan dan berbagai macam sensasi lain. kenaifan anak-anak “dibunuh”, dibawa masuk ke cerobong-cerobong yang sesak polusi teknologi dan industri yang bernama video game.

Para ahli dari berbagai bidang yang mengkaji persoalan anak dan video game. melontarlam beberapa pernyataan. Misalnya, bahwa anak-anak menjadi semakin individualis, mengalami ketidakstabilan emosi, kehilangan orientasi dan realitasnya sebagai anak-anak, kehilangan ruang publik, dsb. menjadi masalah yang semakin lama, semakin tak terselesaikan. Buktinya rental video game semakin banyak, orangtua tidak keberatan membelikan video game untuk anaknya sebagai hadiah atau bentuk kasih sayang kepada anaknya.

Sungguh Absurd, dengan alasan kasih sayang dan memberikan rasa aman, banyak orangtua yang membiarkan anaknya berjam-jam bermain video game daripada keluar rumah bahkan belajar. Para orangtua yang seperti ini lupa bahwa video game tak lebih berbahaya dari jalanan.

Bagaimana jika generasi selanjutnya adalah generasi yang hanya larut dalam kemustahilan-kemustahilan, fantasi dan simulasi yang akhirnya mengakibatkan mereka menjadi gugup dan gagap menghadapi realitas bahwa mereka adalah anak-anak?

Mungkin tulisan ini akan berhenti sampai di sini bila kita melihat dunia game hanya dari satu sisi. Tulisan ini pun tidak berekspektasi untuk memberikan solusi persoalan-persoalan mengenai dampak negatif video game.

Frida : “Dunia Game, lebih dari Dunia Bermain”

“Live is short play more”. “Hidup ini singkat kawan, banyaklah bermain”. Itulah pesan iklan X-Box, salah satu merk video game terkemuka di dunia yang diproduKsi oleh Microsoft. Sebuah pesan iklan yang singkat, padat dan sangat provokatif.

Kita boleh bangga, bahwa Bangsa kita memiliki banyak orang kreatif dalam berbagai bidang dengan pencapaian prestasi yang diakui dunia. Dari sekian banyak bidang, ada satu bidang yang cukup menarik dan cenderung baru berkembang di Indonesia, yaitu game developer. Game developer adalah orang-orang kreatif yang hobi sekaligus pekerjaannya adalah membuat game.

Setelah mengatur janji, akhirnya 18 Oktober lalu saya bertemu Frida (sapaan akrab Frida Dwi Iswantoro) pada pameran Jogjakomtek di Jogja Expo Center. Anak muda kreatif yang menekuni dunia pembuatan game sejak tahun 2005 ini bekerja di sebuah perusahaan pembuat game yang berasal dari Sunderland, Inggris. Bagi Frida membuat game adalah sebuah titik temu antara hobi dan pekerjaan.

Semasa SMA Frida tak lebih dari seorang siswa biasa yang suka bermain game. Seringkali Frida menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bermain game. Salah satu game favoritnya adalah counter strike, sebuah game perang antara tim pemburu teroris dan kelompok teroris yang berusaha meledakkan suatu tempat. Di kalangan penggila game tentu tak asing dengan game yang satu ini. Siapa yang menyangka hobinya bermain game ternyata berdampak positif. Kegemaran bermain game membawa Frida menjadi seorang pembuat game profesional.

Berawal dari sebuah keisengan mengikuti sebuah forum flash game (:jenis software untuk membuat animasi). Kebetulan Frida berkenalan dengan Mas Wanda, seorang flash game developer yang cukup handal. Obrolan demi obrolan antara Frida dan Mas Wanda membuat Frida tertarik untuk tahu dan belajar lebih banyak tentang flash game.

Awalnya Frida mempelajari pembuatan flash game lewat e-book, buku yang disebarkan secara online di forum yang ia ikuti. Frida yang pernah mengenyam pendidikan Diploma 1 desain grafis memudahkan Frida untuk untuk belajar dan memahami operasional dan aplikasi pembuatan game dengan piranti lunak flash lebih cepat.

Game developer sebagai sebuah forum yang disebarkan lewat milis-milis sudah ada sejak tahun 1993. Ketika itu sudah muncul buku tentang pembuatan game yang berbasis bahasa C. Tahun 1993 menjadi embrio awal sebelum dikembangkan dalam bentuk forum tersendiri di luar milis dan bahkan sekarang menjadi sebuah profesi yang mulai banyak diminati dan cukup menjanjikan.

Dalam memuat game walau yang sederhana sekalipun, biasanya diperlukan satu tim dengan spesialisasi bidang kerja khusus. Misal: Programmer, character artist (pembuat karakter tokoh game), interface artist (layout game), 3D modeller, concept artist (membuat konsep awal dan gambar manual tokoh), game designer (sistem penggunaan game), sound artist (pengisi suara) dan terakhir adalah beta tester (memeriksa bug dan error dalam game ).

Mungkin tak banyak yang tahu, begitu banyak game yang digemari hampir seluruh penggila game di seluruh dunia terdapat campur tangan orang Indonesia. Semua karakter mobil dalam game Need for Speed Underground”, ilustrasi musik final fantasy, ilustrasi game Contra terbaru dan masih banyak lagi game yang melibatkan kemampuan orang Indonesia dalam proses pembuatannya. Tentu kita patut bangga.

Dunia Game, lebih dari dunia bermain dan saya bangga dengan pekerjaan saya, banyak orang menganggap pekerjaan saya luar biasa dan keren” kata Frida. Pekerjaan di dunia game merupakan sebuah bisnis yang mengandalkan kreativitas. Perlu ketekunan yang luar biasa bila ingin bekerja dalam bidang ini. Baginya pekerjaan dengan modal kreativitas, tidak akan pernah habis selama seseorang masih memiliki semangat untuk melakukan inovasi dan terus mengikuti perkembangan dengan cerdas.

Berawal dari sebuah hobi dan iseng akhirnya menjadi pekerjaan yang menjanjikan. Tak perlu dibantah lagi dunia game, tidak sekedar menjadi dunia untuk bermain, bersenang-senang dan menghibur diri. Dunia game kini menjadi dunia yang potensial dan menjanjikan.

Dari pengalaman Frida, terbukti bahwa game memiliki sisi lain yang nyata positif. Sangat mungkin seorang anak kecil yang pada mulanya hanya suka bermain game, ketika diarahkan dia akan mempunyai keinginan untuk membuat game sendiri dan akhirnya bisa menjadi professional game developer.

Ruang publik untuk anak semakin sempit. Biarkan mereka memasuki ruang bermain lain, sebuah ruang yang kaya imaji, fantasi dan kenaifan anak-anak yang nantinya dibingkai dalam kreativitas yang muaranya positif. Tak bisa disangkal pentingnya orang tua dalam hal ini.

Tak perlu canggung, bagi siapapun yang ingin tahu lebih banyak tentang pembuatan game mungkin bisa bergabung di berbagai milis dan forum. Salah satunya gamedevid.org. Siapa tahu anda dapat menjadi seorang pembuatan game professional dan jadikan “dunia game lebih dari dunia bermain”.

Andika Anand (153070083)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Portal Kiri Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template