Minggu, 25 Oktober 2009

Relokasi Pasar Ngasem

Bantul. Portalkiri –Rencana relokasi pasar Ngasem ke Bursa Agro Jogja (BAJ) semakin santer terdengar.

Banyak pihak yang menyayangkan rencana relokasi ini. Pasar Ngasem dianggap sebagai salah satu tempat bersejarah dan tidak lepas dari tata ruang Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dalam tata ruang “Jawa”, antara keraton, alun-alun, masjid dan pasar ditata sedemikian ruang dalam satu lingkaran sirkulasi aktivitas. Coba kita lihat, di hampir setiap daerah di Jawa. Di depan kantor Bupati atau walikota terdapat lapangan atau alun-alun, di sekitarnya juga pasti ada masjid, pasar dan hal-hal lain yang menyertai.

Ketika pasar Ngasem dipindahkan, maka bukan hanya terjadi perubahan konstelasi ruang fisik, tetapi juga konstelasi sosiologi. Masyarakat sekitar pasar Ngasem yang bergantung pada dinamika pasar Ngasem akan kehilangan lapangan kerja. Mobilitas masyarakat tidaklah semudah yang dibayangkan. Tidak semata-mata mobilitas fisik. Bukankah di sekitar BAJ juga ada masyarakat yang sangat berharap banyak dengan relokasi Pasar Ngasem. Salah satunya lapangan kerja.

Bukan hanya pemerintah yang harus memikirkan sedemikian rupa proses relokasi, namun juga berusaha sepreventif mungkin untuk melihat kemungkinan yang terjadi ketika relokasi dilakukan. Coba kita lihat relokasi klitikan ke Wirobrajan. Di satu sisi alun-alun selatan menjadi ruang publik yang lebih rekreatif. Tapi ke manakah orang-orang yang tidak mampu menyewa lapak di Wirobrajan?

Di sisi lain, Warga Masyarakat Dukuh, daerah rencana relokasi Pasar Ngasem juga perlu mendapat perhatian. Dalam hal ini, ketika relokasi selesai dilakukan, dinamika yang baru akan muncul. Sangat mungkin terjadi alih profesi, perubahan pola interaksi masyarakat dan kecenderungan-kecenderungan lainnya. Sangat mungkin memunculkan kesenjangan yang mengarah pada konflik baik secara mental maupun fisik.

Kompisisi sosiologis Pasar Ngasem “kedua” akan berubah, irama kerja akan berubah, atmosfir Yogyakarta akan berubah. Nantinya warga eks “Pasar Ngasem lama” dan masyarakat sekitar BAJ akan membentuk kesepakatan-kesepakatan sosial dalam proses interaksi masyarakat “Pasar Ngasem baru”. Dalam hal ini pamerintah hendaknya lebih berperan sebagai fasilitator. Bukan sebagai pemancang aturan sepihak.

Pemerintah perlu membuat bingkai perencanan lebih matang untuk melakukan relokasi. Akan ke manakah para tukang parkir Pasar Ngasem?Akan ke manakah para tukang becak dan tukang ojek yang bergantung pada pengunjung Pasar Ngasem? Jangan pula dilupakan segala mitos dan sejarah tentang pasar Ngasem yang terlanjur dipercaya sebagai salah satu bagian penting dalan konsteladi dan kosmologi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.


Andika Ananda (153070083)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Portal Kiri Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template