Minggu, 25 Oktober 2009

Raudal Tanjung Banua



Bantul. Portalkiri –Raudal Tanjung Banua, salah satu redaktur Jurnal Selarong-Kabupaten Bantul.



Pria yang hingga kini menetap di Dusun Mirisawit-Sewon ini lahir di Lansano, Kenagarian Taratak, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, 19 Januari 1975. Pernah menjadi koresponden Harian Semangat dan Haluan, Padang, untuk akhirnya memutuskan merantau ke Bali, dan bergabung dengan Sanggar Minum Kopi serta intens belajar dengan penyair Umbu Landu Paranggi.



Tahun 1997 pindah ke Yogyakarta, masuk Jurusan Teater, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta, mendirikan Komunitas Rumahlebah dan AKAR Indonesia—yang menerbitkan Jurnal Cerpen Indonesia.



Karya-karyanya yang berupa cerpen, puisi dan esei dipublikasikan di sejumlah media terbitan berbagai kota di Indonesia. Memperoleh sejumlah penghargaan dan pemenang lomba, di antaranya Purbacaraka Award dari Faksas Udayana (1996), Margarana Award (1996), penghargaan Sih Award dari Jurnal Puisi untuk puisinya “Pengakuan Si Malin Kundang” (2004) dan Anuegrah Sastra Horison (2005) untuk cerpennya “Cerobong Tua Terus Mendera”.


Bukunya yang telah terbit, Pulau Cinta di Peta Buta (Jendela, 2003, cerpen), Ziarah bagi yang Hidup (Mahatari, 2004, cerpen), Parang Tak Berulu (Gramedia Pustaka Utama, 2005, cerpen) dan Gugusan Mata Ibu (Bentang Pustaka, 2005, puisi)—keduanya masuk final Khatulistiwa Literary Award 2005 untuk kategori prosa dan puisi. Gugusan Mata Ibu juga memperoleh Anugerah Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) V/2007 di Malaysia.



Di samping menulis cerpen dan puisi, ia juga menulis novel dan naskah drama. Khusus naskah, ia melakukan kreasi dengan mentransformasikan sejumlah cerpen dan cerita rakyat menjadi naskah siap pentas. Beberapa naskahnya adalah “Penangkaran Buaya” (2000), “Lampor Kali Comber” (2000, transformasi), “Republik Binatang” (2001, transformasi), “Siti Baheram” (2007, transformasi cerita rakyat) dan “Saksi tak Boleh Bisu” (2008). Sejumlah naskah tersebut akan diterbitkan dalam waktu dekat dalam dua buku,”Penangkaran Buaya Siti Baheram” dan “Di Republik Binatang, Saksi tak Boleh Bisu”.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Portal Kiri Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template