Rabu, 02 Desember 2009

Apresiasi Warga Sleman Dalam Karnaval Pelangi Budaya Bumi Merapi



SLEMAN (portal kiri) - Sejumlah 38 peserta pewakilan kelompok budaya meliputi bregada prajurit tradisional, kesenian tradisional, komunitas mahasiswa dan perguruan tinggi., Kelompok pariwisata dan batik, desa-desa wisata memeriahkan Kirab Karnaval Pelangi Budaya Bumi Merapi Sleman Rabu (2/12). Dengan menempuh rute sepanjang tiga kilometer dari Lapangan Mlati hingga Lapangan Denggung Sleman.
"Kegiatan in merupakan wujud dari keberagaman serta keragaman masyarakat yang tinggal di Sleman yang menjadi kekuatan tersendiri bagi Kabupaten Sleman untuk meningkatkan dan memberdayakan kemandirian masyarakat dalam pembangunan. Apalagi kebanyakan masyarakat sudah mulai jauh dari nilai kebudayaannya sendiri dan lebih memilih kebudayaan yang berasal dari luar, seperti gotong royong yang mulai ditinggalkan dan digantikandengan pola hidup individualis," kata Wakil Bupai Sleman, Sri Purnomo saat ditemui di Lapangan Degung, Sleman, Rabu (2/12)

Lebih lanjut Sri Purnomo mengatakan karnaval pelangi budaya bumi merapi ini merupakan moment yang sangat strategis untuk semakin mengenalkan dan mempromosikan potensi wisata Sleman kepada masyarakat luas. kirab ini juga merupakan salah satu upaya untuk mengajak masyarakat dalam membangun Sleman baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, keamanan, seni budaya maupun spiritual yang mencerminkan semangat membangun Sleman menuju kesejahteraan.

Ditambahkan Ketua Panitia Karnaval Pelangi Budaya Bumi Merapi Sleman, R. Joko Handojo menjelaskan kegiatan ini merupakan rangkain puncak Hari KORPRI yang menggambarkan keanekaragaman potensi budaya Sleman dan sekaligus wujud kegembiraan telah ditetapkannya Batik oleh UNESCO sebagai karya bangsa Indonesia.

"Penyelenggaraannya tahun ini Pelangi Budaya Bumi Merapi diikuti hingga ribuan peserta yang berasal dari seluruh stake holder pariwisata di Sleman. Karnaval akan dibagi menjadi sejumlah kelompok yaitu kelompok budaya, pariwisata dan batik, Badan Permusyawaratan Musea (Barahmus), perbankan, sekolah, dinas atau instansi, sepeda onthel serta, hingga Merapi Off-Road," kata Joko

Dengan acara pendukung berupa pentas seni pelangi budaya yang meliputi jathilan, kobrasiswa, macapat, dolanan anak, dadhung awuk, barongsai dan karawitan anak. Karnaval Pelangi Budaya Bumi Merapi ini merupakan kegiatan budaya yang merupakan wujud nyata dari keanekaragaman potensi budaya dan seni di Kabupaten Sleman yang dieksplorasikan melalui kreativitas dan inovasi para peserta karnaval.

Diharapkan event ini dapat membangun kebersamaan warga masyarakat Sleman dalam bingkai budaya, menumbahkan kreatifias dalam mengapresiasi budaya masyarakat, memberikan hiburan segar dan mendidik bagi segenap lapisan masyarakat, wahana pelestarian dan penembangan serta pemanfaatan kebudayaan. Sekaligus dapat memupuk rasa memiliki terhadap budaya lokal dan budaya positif yang berkembang di Sleman.

Sebelumnya telah dilakukan acara seremonial berupa pencanangan penggunaan pakaian batik bagi instansi pemerintah dan sekolah-sekolah, serta sebagai himbauan kepada masyarakat untuk juga mengenakan batik.(G. Agung Bayu Kurniawan/153070021)
Continue Reading...

Minggu, 29 November 2009

festival kesenian yogyakarta, cara baru unjuk gigi.


-Upacara adat hanya dilakukan sebagai rutinitas padahal jika dikemas akan menjadi atraksi budaya yang bisa menjadi potensi pariwisata pasti akan lebih menarik lagi.Kali ini dalam Festifal Upacara Adat Propinsi DIY 2009 yang baru pertama kalinya diadakan di DIY ditampilkan ratusan peserta Upacara Adat dari 5 Kabupaten dan kota se-DIY di Alun-alun Utara yang kemudian melaksanakan kirab mengelilingi benteng keraton dan berakhir kembali di alun-alun kota yogyakarta.
"Festifal upacara adat ini sebagai cara untuk mengeluarkan atraksi budaya agar mampu mengundang wisatawan, menariknya festifal ini tidak sekedar pawai upacara adat saja tetapi juga sekaligus menampilkan keseluruhan prosesi ritual adatnya" ujar Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi DIY, Drs. Joko Dwianto saat ditemui di Alun-alun Utara, Yogya, Minggu (29/11). Upacara adat yang ditampilkan dalam Festifal Upacara Adat Propinsi DIY 2009 merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk penguatan nilai-nilai kearifan local, pewarisan semangat, pelestarian pada generasi muda, mendukung ruang ekpresi budaya bagi kaum adapt, meningkatkan kualitas dan tampilan upacara adapt menjadi atraksi budaya rutin tahnuan serta menunjang kepariwisataan DIY.
Hal lain yang sangat menarik adalah bagaimana menyaksikan upacara adat yang langka, jarang kita dengar, apalagi disaksikan oleh generasi muda - namun tetap eksis di pelosok pedesaan - seperti Tuk Sibedug & Bekakak dari Sleman, Babad Dalan & Cingcing Goling dari Gunungkidul, Nawu Enceh & Maheso Suro dari Bantul, Wiwitan & Nawu Sendang dari KulonProgo serta Ruwatan & Merti Code dari Kota Yogyakarta akan ditampilkan dengan pelaku-pelaku dan propertinya aslinya
Dia mengatakan saat ini di DIY terdapat setidaknya 32 desa budaya yang bisa dikembangkan, masing-masing setidaknya mempunyai upacara adat dan atraksi budaya yang masing-masing mempunyai daya tarik tersendiri sebagai potensi pariwisata.
Lebih lanjut Joko mengatakan saat ini pemerintah Propinsi DIY mempunyai cita-cita agar masing-masing desa budaya mampu mengembangkan apa yang potensi yang mereka punyai.
Pemerintah akan memberikan stimulan serta dukungan infrastruktur dalam bentuk seperangkat gamelan dan tentunya sarana lain yang menunjang potensi budaya.Harapan kedepannya acara ini akan digelar setiap tahun atau menjadi event reguler dengan format yang lebih besar dan lebih baik.(G. Agung Bayu Kurniawan/153070021)
Continue Reading...

Senin, 23 November 2009

Perkembangan Komunitas Jazz Jogja


Bantul, Portalkiri
- Di tahun 2000 sebuah komunitas jazz lahir di sebuah restoran di Yogyakarta. Dimulai dari sekumpulan musisi jazz yang berusaha untuk mengenalkan jazz pada masyarakat, bahwa jazz bukan musik yang bisa dinikmati oleh menengah ke atas saja, melainkan bisa dinikmati oleh semua kalangan.

“Jazz sendiri juga awalnya adalah musik orang minoritas, yaitu orang kulit hitam yang tinggal di Amerika. Tetapi kemudian image itu diubah jika jazz hanya bisa dinikmati oleh orang-orang berduit yang datang ke restoran mahal menggunakan jas,” kata Fabion Haryo Ajie selaku anggota dari Komunitas Jazz Yogja.

Komunitas Jazz Yogya memulainya dengan membuat acara rutin mingguan yang tempatnya disediakan oleh DJ Fanny. “Di situ kami membuat acara jam session khusus jazz sebagai dasar terbentuknya komunitas jazz di Yogyakarta. Selain jam session kami juga mengadakan workshop kecil-kecilan sebagai tambahan ilmu bagi temen-temen yang ingin tahu banyak tentang jazz,” kata Bion, sapaan akrab Fabion.

Workshop ini akhirnya mampu mendatangkan musisi jazz yang sudah punya nama seperti Indra Lesmana, Benny Likumahua, dan lain sebagainya agar pemikiran jazz tidak hanya terpaku dalam pengertian jazz tetapi mencakup keseluruhan dari genre musik yang ada di jazz itu sendiri.

“Ternyata jazz bukan hanya sekedar fusion saja, tetapi banyak genre lain juga, misalnya blues dan bossanova. Hasil dari workshop dan jam session ini adalah kami bisa mengirim temen-temen di festival jazz, Jazz Goes To Campus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dan berhasil menjadi juara pertama dalam festival tersebut. Semua dapet the best player,” tutur Bion.

Hal ini juga terulang pada festival serupa pada tahun-tahun berikutnya. “Akhirnya anak-anak Jakarta tidak lagi menganggap remeh anak-anak Yogya, dan kredibilitas Jogja menjadi patokan perkembangan jazz daerah lain,” lanjutnya.

Hal ini menjadikan musisi jazz Jakarta tertarik untuk bekerjasama dengan musisi Jogja, sehingga komunitas jazz Jogja mengalami kekosongan. Dalam kekosongan ini sempat muncul komunitas-komunitas baru. Kekosongan ini dibiarkan selama dua tahun karena kesibukan masing-masing dari anggota Komunitas Jazz Yogya. Kevakuman ini juga berimbas ke kota lain seperti Bandung.

Komunitas baru yang terbentuk ini ingin mengeksiskan kembali geliat musik jazz Jogja. Tari Pradeksa kemudian memfasilitasi para musisi jazz yang ingin kembali eksis di dalam bidangnya.

Pada awal 2007, komunitas ini kembali hadir dalam format jazz baru yang bertajuk Jazz on the Street yang awalnya digelar sebulan sekali di depan Grha Sabha Pramana (GSP), sampai akhirnya dibuat menjadi satu minggu sekali karena animo dari penikmat jazz.

“Hampir setahun lebih kami menyelanggarakan Jazz on the Street ini, sampai pada akhirnya acara ini pindah ke kafe Big Belly. Kami ingin membuat image bahwa setiap hari Senin adalah malam untuk jazz,” ungkap Bion.
Pindah dari kafe ke kafe itu sudah biasa, akhirnya mereka terakhir bermain di kafe De’Klik dan mulai bangkit lagi.

“Minggu pertama kafe masih sepi, tapi setelah minggu-minggu berikutnya penikmat jazz sudah mulai muncul. Dan di sana malah jadi tempat ngejam berbagai aliran musik. Ada reggae, indie, bahkan rock juga ada,” kata Bion.

Jogja memang punya sumber daya manusia yang berlimpah dalam hal kesenian, termasuk juga musik jazz. Itulah yang membuat Jogja tetap nomor satu di banyak festival yang diselenggarakan. Selain itu juga, musisi Jogja ketika bermain musik juga mengandalkan estetika dan juga cara menyampaikan tema.

“Sebab jazz itu sebagai media. Saya mengutip dari Pak Djaduk bahwa jazz itu hanya sebagai media untuk gerakan budaya melalui musik. Musik jazz adalah musik demokratis tetapi tetap tidak dari akarnya. Jazz tidak hanya bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke atas saja, tetapi semua orang juga bisa menikmati,” jelasnya.
Dalam acara Ngayogjazz Bantul 2009 yang diselenggarakan pada Sabtu (22/11) lalu di Pasar Seni Gabusan, tujuh grup dari komunitas ini telah melauncing satu album kompilasi. Untuk proyek tahun depan, mereka akan memperkenalkan musik jazz di kampus-kampus di Jogja.

“Mendengarkan musik jazz itu harus terbiasa dulu, seperti juga lagu-lagu yang ada belakangan ini. Sehingga kita bisa tahu bagaimana menikmati musik jazz,” pungkasnya.***

G. Agung Bayu Kurniawan/153070021
Continue Reading...

Indept Reporting

1. Tema : Kejawen, Kotagede dan Sendang Kasihan
2. Latar Belakang:

Jawa yang kontemporer adalah Jawa dengan berbagai perubahan kosmologi fisik dan simbolis. Pergeseran makna budaya mempengaruhi dinamika budaya.

Dalam konstelasi ruang modern, intelektualitas dan standar orientasi materialistis semakin menonjol. Nilai sosioreligius orang Jawa, terkait berbagai mitos, ajaran teologis dan berbagai kearifan lokal yang ditinggalkan dengan berbagai alasan. Di satu sisi masih ada satu kebudayaan yang resisten, menemukan kontekstualitasnya.
Salah satu kepercayaan orang Jawa tentang hidup tentang kepasrahan hidup, hidup sengsara demi kebahagiaan yang sejati. Orang Jawa rela menjalani hidup susah, namun dekat dengan Tuhan “Manunggaling Kawula Gusti”. Ngrasakke urip kudu urip rumangsa. Di Bantul masih banyak orang-orang yang nglakoni berbagai ritual demi mencari kebahagiaan hidup. Misalnya, pada hari-hari tertentu masih ada orang-orang yang tirakat di di tempat-tempat tertentu yang disakralkan. Uniknya, tirakat tidak hanya dilakukan orang-orang Kejawen, tapi juga orang dari berbagai agama lain, terutama Islam. Contoh tempat yang ramai dikunjungi adalah sendang kasihan dan masjid kota gede.

Di makah letak kontekstualis budaya tirakat? Apakah semata-mata hanya berhubungan dengan nilai-nilai spiritual? Tentu tidak! Budaya tirakat telah menciptakan satu keterkaitan dan ketergantungan antara para pelaku tirakat, masyarakat di sekitar tempat tirakat dan berbagai kepentingan lainnya. Apa sajakah?


3.Obyek Observasi: Sendang Kasihan dan Bekas Keraton Mataram I di Kota Gede

4.Nara sumber : Juru Kunci Sendang Kasihan, juru kunci Keraton Kota Gede, Agus Katro (pengunjung), Pak Joko Ketandan (tokoh Kejawen)

5. Interview guide :

6. Pembagian kerja :

Andika: interviewer, mencari referensi dari berbagai buku, editor
Sigid : interviewer, fotografer
Septi : interviewer, menyusun berita
Bayu : interviewer, menyusun berita
Aderi : interviewer, menyusun berita
Continue Reading...

Minggu, 08 November 2009

Wimo Film Festival"
Pada hari Rabu sampai hari Jumat, 28 -30 Oktober 2009
Di Kedai Kebun Forum (KKF), Performance Space, 2nd Floor

SIDE EVENT: "Movie Bazaar"
Pada tanggal 28 Oktober - 4 November 2009
At KKF Gallery, 1st Floor

    
rangkaian acara bertajuk wimo film dan wimo video festival ini pada dasar nya adalah kumpulan karya-karya wimo yang intens berkarya dalam media video, Bersama dengan Mes56, sebuah komunitas yang berfokus pada seni visual, terutama fotografi, Wimo dan teman-temannya bekerja secara mandiri. Individu atau kelompok mereka pameran sering memberikan "gangguan" atau baru dan ide-ide segar yang mewarnai seni fotografi di Indonesia. Mes56 berbasis di Yogyakarta.
Pada waktu bersamaan juga terdapat movie bazaar yang juga menjual kompilasi animasi stop motion dan juga sablon kaos dengan kata-kata warkop DKI untuk mengenang group comedian indonesia. Acara tersebut juga mendapat antusiasme dari kalangan remaja-remaja berbagai kalangan.

>>Aderi putra wicaksono 153070330
    
Continue Reading...

Mencari Bakat Sang Penyelamat

Bantul, Portal Kiri - Minimnya orang – orang terlatih dan berpengalaman dalam bidang rescue membuat Tim Penyelamat khusus penanganan musibah dan bencana alam kekurangan orang. Perlu aktivitas khusus yang mendorong agar persentase keberadaan orang – orang tersebut meningkat.

Dilatar belakangi evaluasi yang dilakukan oleh Organisasi – oraganisasi Pecinta Alam,terlihat jelas begitu minimnya jumlah orang yang berpotensi dibidang Rescue.Ketua Sekjen Sekretariat Bersama Organisasi Pecinta Alam ( SEKBER OPA ) wilayah Yogyakarta Dangku, Jumat ( 6/11 ) menuturkan, bahwa komponen terbesar yang menyebabkan hal itu bisa terjadi lebih dikarenakan kurangnya perhatian khusus terhadap eksistensi dari Tim Rescue itu sendiri. Oleh karena itulah Latihan Gabungan ( LATGAB )Water Rescue Yogyakarta diadakan sebagai bukti langkah kongkret yang diambil demi menetralisir pokok permasalahan yang ada. Kegiatan yang dinaungi langsung oleh Badan SAR Daerah ini, bertujuan mencari bibit – bibit orang yang berpotensi dalam hal penyelamatan korban di air, yangmana nantinya akan menjadi suatu bentuk langkah antisipasi dalam menghadapi segala macam kemungkinan musibah atau bahkan bencana alam yang bisa saja terjadi kapan pun, tanpa bisa diprediksi.
LATGAB yang jumlah pesertanya terdiri dari 21 orang dari berbagai OPA di Yogyakarta ini, memilih Pantai Parangtritis dan Sungai Opak menjadi lokasi kegiatan. Hal itu dikarenakan, pantai Parangtritis pengunjungnya terhitung lumayan banyak dibanding pantai lainnya sehingga potensi rawan korban tengggelam pun banyak. Begitu pula sungai Opak yang luas dan memilki arus tenang ini. Dengan pemilihan lokasi – lokasi tersebut, diasumsikan agar para peserta terbiasa dengan situasi dan kondisi yang nyata dilapangan. Sejatinya rangkaian kegiatan ini sudah dimulai pada tanggal 3 November dengan pembekalan teori peserta berupa materi ruang, sedangkan materi lapangan diadakan pada tanggal 6 – 8 November, dengan agenda materi hari pertama berupa latihan membaca arus laut dan ombak, cara penyelamatan korban tenggelam dilaut dan evakuasi korban dimana para peserta diharuskan berenang kurang lebih 100 M dari bibir pantai, guna melatih kemampuan dan kecepatan berenang, selain itu tidak lupa disertakan materi P3K tentunya. Malang tak dapat ditolak, saat hari pertama dilapangan terdapat kendala, yakni hampir tenggelamnya 4 orang peserta, insiden ini sempat menyedot perhatian pengunjung pantai pada saat itu, tetapi keadaan segera bisa dikondisikan. Pada hari kedua, materi hampir serupa dengan hari pertama, namun lokasinya saja yang berbeda, yaitu lokasi kegiatan terpusat di sungai Opak yang terletak di jalan Parangtritis. “ Yang kami harapkan semoga kegiatan seperti ini, tidak hanya sepintas lalu saja, namun masih ada kegiatan – kegiatan lanjutan lain yang tentu tidak kalah bermanfaat layaknya kegiatan ini”, ujar Ungsu (20) salah seorang peserta yang mencoba mewakili jawaban dari teman – temannya sesama peserta, disela acara penutupan kegiatan LATGAB yang masih berlokasi disekitar wilayah pantai Parangtritis tersebut.

Oleh Septi. Andriani ( 153070378 )
Continue Reading...

Parangendok, Pesona Sunset lewat tebing

Apakah anda tahu pantai Parangtritis ?

Tentu ini merupakan sebuah pertanyaan yang retorik jika dilontarkan bagi orang yang mengenal Yogyakarta. Tetapi apakah anda tahu Parangendok ? Belum tentu semua individu yang ditanya mengangguk yakin. Yah..., memang tak banyak yang tahu apa itu Parangendok. Parangendok, sebuah nama yang mungkin tidak asing lagi para Pecinta alam khususnya populer dikalangan para penggila olahraga Panjat tebing di wilayah Yogyakarta, dengan jalur Garuda dan Syamsu Rizalnya yang terkenal hingga ke luar kota ini. Parangendok merupakan nama sebuah desa di sisi Timur Parangtritis, tepatnya kurang lebih 2 KM dari Pantai Parangtritis. Wilayah dengan minim penduduk yangmana bermata pencaharian sebagai petani dan dengan pesona tebing batuan kapurnya yang menantang disetiap sisi. Memang benar, desa yang mempunyai akses langsung ke Goa Cermei yang merupakan Goa wisata ini, lebih dikenal khalayak lewat wisata alamnya berupa tebing – tebing dengan ketinggian kira – kira 60 – 70 M, dimana tebing – tebing tersebut kerap dimanfaatkan sebagi tempat olahraga panjat tebing, selain tebing Siung didaerah Wonosari, Gunung Kidul.


Tebing yang Oke dengan jalur yang tidak terlalu sulit bagi pemula olahraga panjat tebing, serta medan dan akses yang mudah ditempuh dimana hanya 1,5 jam dari kota Yogyakarta, menjadikan tebing Parangendok sebagai alternatif lokasi pilihan. Tidak Cuma itu saja, pesona lain yang ditawarkan Parangendok adalah melirik eksotiknya sunset dengan balutan keindahan laut pantai Paris sebagai background dari atas puncak tebing, merupakan sisi keindahan lain yang tentunya tak kalah menarik untuk dinikmati. Padahal, sebelum populer sebagai tempat olahraga panjat tebingnya, tempat ini sempat dibangun landasan untuk olahraga Parhalayang disalah satu sisi puncak tebingnya. Nyatanya, sampai saat ini landasan tersebut menjadi landasan usang, akibat jarang dipergunakan lagi. Hal ini dikarenakan lokasinya yang kurang mendukung, oleh sebab situasi alam, dengan arah angin yang tidak menentu tiap bulannya sehingga menyulitkan dalam manuever Paragrill ( Perangkat dalam olahraga Parhalayang ). Akan tetapi dari landasan tua itulah para pelancong yang hanya berkunjung sekedar mencari angin sore bisa menikmati keindahan sunset dan eloknya relief parangtritis dari sisi lain, yakni dari atas puncak tebing. Paduan harmoni keindahan yang apik, antara angkuhnya tebing, luasnya laut dan lembutnya lembayung senja ufuk barat membuat tempat ini terlihat cantik.


Tempat ini biasa ramai dikunjungi pada hari libur, terutama di akhir pekan. Anda tidak perlu khawatir jika berkunjung tak membawa bekal makanan, sebab disana terdapat warung yang menyajikan santapan sederhana ala wong ndeso. Dimana merupakan satu – satunya warung yang bisa anda temukan disana, Dengan pemilik warung yang akrab di panggil Yuk Mar, sosok yang cukup terkenal dikalangan komunitas pecinta Panjat tebing di Yogyakarta. Anda tertarik berpanjat tebing ria ? Atau sekedar menikmati panorama alam dari puncak tebing ? Atau bahkan keduanya ? Maka jangan ragu memasukkan nama Parangendok ke agenda kunjungan anda di akhir pekan.

Oleh ; Septi Andriani ( 153070378 ).
Continue Reading...

Antrian Panjang Anak Negeri

Ketika mewawancarai salah seorang pendaftar CPNS di wilayah Bantul, Yogyakarta, saya sempat bertanya “ Dizaman sekarang ini, mengapa anda masih saja tertarik untuk menjadi seorang PNS ? “ Sang calon pendaftar, Rizka Handi yang kini bekerja sebagai tenaga ahli Fisioterapi di salah satu RS Swata di kota Yogyakarta ini mencoba menjawab serius pertanyaan itu. Meski sebenarnya pertanyaan tersebut hanyalah pertanyaan retorik semata yang saya lontarkan untuk mencairkan suasana ditengah gerahnya antrian panjang para pendaftar CPNS.
Sebuah Peluang.
Berdasarkan surat keputusan Bupati Bantul No. 113/ Peg/ CPNS/ 2009 Tanggal 29 September 2009 Tentang tambahan Formasi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah ( CPNSD ) Kabupaten Bantul Tahun 2009. Maka Kabupaten Bantul memberikan kesempatan kepada setiap warga negara Indonesia (WNI), yang berminat untuk menjadi CPNSD agar segera mendaftar dengan ketentuan : Tenaga Kependidikan ; 175 orang, Tenaga Kesehatan ; 156 orang, dan Tenaga Teknis 164 orang, dengan waktu pendaftaran dimulai dari tanggal 27 s/d 31 Oktober. Berdasarkan keputusan tersebut, tak pelak mengundang antusiasme warga khususnya di wilayah Yogyakarta untuk buru – buru mendaftarkan diri sebagai peserta CPNS. Tidak hanya wilayah Yogyakarta saja, tetapi euphoria antusiasme warga juga dirasakan dibagian wilayah Indonesia lainnya yang juga digelar kesempatan yang sama.
Jika dirunut ke beberapa waktu lalu, tidak sedikit pendapat dari berbagai pihak yang mencibir eksistensi seorang PNS, bahkan sampai detik ini pun anggapan – anggapan miring tentang PNS masih sering beredar. “ Buat apa sih jadi PNS ? Gajinya kecil, lama kayanya.“ komentar – komentar sinis dengan nada melecehkan tersebut, bukan suatu hal yang asing ditelinga kita. Pekerjaan yang kurang bergengsi, nampaknya sudah menjadi streotipe dikalangan masyarakat dewasa ini. Herannya, walau pekerjaan selaku PNS dinilai bukan suatu hal yang Wah, akan tetapi tiap kali dibuka pendaftaran CPNS, masih banyak saja orang – orang yang berpartisipasi mendaftar. Dan tampaknya kenyataan ini bertolak belakang sekali dengan komentar – komentar miring yang selama ini muncul kepermukaan. Hal ini lah yang menandakan bahwa masih ada individu – individu yang berfikiran panjang. Nah, mereka – mereka inilah yang punya asumsi bahwa menjadi seorang PNS bukan suatu aib, bahkan sebaliknya bisa menjadi pijakan aman jangka panjang dalam kehidupan bagi seorang manusia Indonesia. Bagaimana tidak ? Walaupun gaji seorang PNS terbilang pas – pasan, paling tidak terdapatnya pensiun untuk jaminan di hari tua, disamping itu, proses pemecatan seorang PNS tidak semudah proses pemecatan seorang pegawai swasta. Bahkan opini yang tersebar bahwa “Meskipun kerja PNS, tetapi masih bisa nyambi.” Dari beberapa faktor keuntungan dari PNS itulah yang memicu minat sejumlah orang untuk mempertimbangkan menjadi CPNS sebagai alternatif lapangan pekerjaan.

Antrian Panjang
Fenomena seputar pendaftaran CPNS, meskipun hal biasa di negeri kita, tetapi selalu menjadi topik menarik untuk diperbincangkan, berangkat dari sistem birokrasinya yang bisa berubah – ubah, hingga berbagai kecurangan yang meliputi didalamnya. Di era Indonesia sekarang ini, yang notabenenya cenderung sulit mencari lapangan pekerjaan, mau tidak mau menuntut manusianya untuk tidak banyak memilih dan harus lebih kreatif mencari peluang yang ada. Begitu pula halnya dengan pendaftaran CPNS tahun ini, antusiasme warga terlihat dari panjangnya antrian dibeberapa tempat pendaftaran. Dimana mereka rela antri berjam – jam hanya untuk mendaftarkan dirinya sebagai CPNS, termasuk didalamnya seoranmg ibu – ibu yang antri sembari menggendong anak bayinya. Diantara deretan antrian tersebut, terdapat beberapa pendaftar yang ternyata juga dilebih dari 1 tempat pendaftaran. Hal ini dilakukan tidak lain hanya demi mendapatkan peluang menjadi seorang PNS yang syah dimata hukum. Rasanya miris sekali melihat fenomena yang ada, anak negeri harus rela mengantri demi kelangsungan hidup dinegerinya sendiri yang diagung – agungkan sebagi negeri yang subur dan makmur.


Oleh : Septi Andriani ( 153070378 )
Continue Reading...

Apresiasi Karya Seni di Bantul


Bantul  menawarkan beraneka ragam bentuk wisata, mulai dari macam-macam kuliner tradisional, pemandangan, kerajinan sampai wisata sejarah. Semua menjadi kebanggaan warga bantul pada khususnya dan warga masyarakat Yogyakarta pada umumnya. Berbagai prestasipun telah ditorehkan oleh masyarakat Bantul, baik itu prestasi dari event lokal regional, nasional, maupun skala internasional.
Namun ditengah kebanggaan tersebut, masih ada sejumlah hasil prestasi rakyat Bantul yang dulu pernah mengukir sejarah di Bantul maupun di Indonesia khususnya dalam bidang karya seni. Entah apa sebabnya, beberaa karya seni yang sempat menorehkan prestasi itu kini bernasib malang. Ada karya seni yang sudah tak terurus, dipenuhi  coretan dari tangan-tangan jail, dicuri dan rusak akibat cuaca, bahkan ada yang diinjak injak dijadikan pijakan oleh anak anak untuk mengambil buah talok.
Apakah itu bentuk apresiasi pada karya yang telah menorehkan prestasi masyarakat Bantul? Sungguh ironi ketika dulu karya itu merupakan kebanggaan bagi masyarakat Bantul, namun kini keberadaanya telah dimakan oleh zaman. Apakah kita tidak melihat bagaimana begitu banyak keringat yang menetes ketika pembuatan karya seni itu berlangsung. Keringat itu ternyata sudah mulai mengering dan terlupakan sejarahnya.
Hingga kini, belum tampak tindakan dari pemerintah setempat untuk mengapresiasi positif prestasi tersebut. Namun sebaiknya mualailah dari kita sendiri yang memulai berapresiasi terhadap prestasi tersebut. Jangan saling menunggu, kalau tidak sekarang, kapan lagi?
 Sigid Kurniawan/153070139


Continue Reading...

Mandiri Craft, dalam Keterbatasan Namun Menghasilkan





Mengamati hasil kerajinan di Kabupaten Bantul, rasanya aka kurang jika belum mengunjungi Mandiri Craft yang terletak di Jalan Parangtritis KM 6,5 cabean Sewon Bantul Yogyakarta.  Tempat tersebut merupakan sentra pembuatan mainan anak serta pembuatan produk kerajinan yang berasal dari bahan dasar kayu. Mandiri Craft merupakan salah satu dari sekian banyak usaha yang bergerak dalam bidang perajinan di kawasan Bantul. Dan Mandiri Craft ini ternyata hasil dari produksinya sudah ekspor ke Negara-negara eropa seperti Australia, Jerman dan beberapa negara dikawasan Asia.
Jika kita mengunjungi tempat Mandiri Craft ini, mungkin kita akan terkejut melihat para pekerja dari usaha produksi kerajinan mainan anak tersebut. Semua yang bekerja di Mandiri Craft merupakan masyarakat yang tergolong difabel. Rata-rata mereka adalah orang-orang yang menderita difabel sejak lahir, namun beberapa ada yang difabel karena kecelakaan dan bencana alam. Mengingat dahulu pada tanggal 27 Mei 2006, Yogyakarta sempat diguncang gempa sebesar 5,9 Sacala Richter. Gempa itu membuat sebagian orang kehilangan nyawa dan banyak yang menderita difabel.
Tarjono Slamet selaku Manager Mandiri Craft menuturkan,” Karyawan kami sekarang berjumlah 30 orang, yang semuanya merupakan masyarakat yang tergolong difabel (7/11). Tarjono Slamet yang akrab dipanggil Slamet itu menuturkan bahwa usaha tersebut  berdiri sejak tahun  2003 dan masih bertahan sampai sekarang. Para pekerjanya berasal dari daerah Bantul sendiri dan beberapa diantaranya berasal dari Wonosari, Sragen, Banyuwangi, Pekalongan.
“Sebelum gempa besar itu mengguncang Bantul, usaha kami bertempat di Gatak Sewon Bantul, utara Pasar Seni Gabusan. Setelah gempa kami menempati lokasi usaha baru di daerah Cabean ini dengan gedung yang lebih memadai. Dan gedungnya yang kami tempati sekarang merupakan seluruhnya bantuan dari Jepang, baik itu bangunan, alat-alat kantor seperti meja, almari, computer, dan alat-alat berat lainnya mencakup mesin-mesin produksi, semua berasal dari bantuan Jepang”, ucap Slamet.
Lokasi usaha yang ada di Gatak juga masih ada sampai sekarang, namun disana hanya untuk finishing prodaknya saja. Berbeda dengan yang ada dicabean ini, disini kegiatannya merupakan kegiatan produksi dan showroom. Slamet ingin memberikan kesempatan bagi teman-teman para penyandang cacat untuk berkreasi, bermanfaat bagi orang lain, dan bisa mandiri dalam kehidupan mereka.  5 tahun seorang pekerja

Ngatijo 40 tahun, seorang pekerja yang sudah 5 tahun bekerja di Mandiri Craft menuturkan ,”Disini itu selain bisa untuk mencari nafkah, juga bisa untuk menambah teman dan memberikan rasa kemandirian yang tinggi diantara teman-teman yang difabel. Jadi ketergantungan kami akan bantuan orang lain menjadi berkurang karena kami lebih mandiri”.
Pada tahun ini, Mandiri Craft telah mengembangkan pasar lokal di Indonesia. Yaitu di kawasan Surabaya, Bali, Jakarta, dan Yogyakarta sendiri. Dan ternyata mendapat sambutan yang baik dipasar lokal Indonesia.

Sigid Kurniawan/153070139
Continue Reading...

Pameran hasil Agrowisata digelar di Seputaran Lapangan Paseban Bantul


 
Bantul-Portalkiri . Dalam rangka memperingati sumpah pemuda pameran hasil agrowisata digelar di lapangan Paseban Bantul  mulai tanggal 6 sampai 9 November.
Pameran tersebut diikuti oleh sejumlah elemen masyarakat daerah Bantul.  Kegiatanitu  rupanya merupakan hasil dari pelatihan kepada beberapa elemen masyarakat di daerah bantul oleh pemerintah Kabupaten Bantul melalui Dinas Pertanian Kabupaten Bantul.
Ya pameran ini sebetulnya merupakan tujuan akhir pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bantul. Dan pameran inilah yang merupakan hasil akhir dari pelatihan tersebut, apakah hasil pelatihan kita berhasil atau tidak”, ucap Yuniarti selaku peserta pameran yang berasal dari kelompok UP FMA Trirenggo (8/11).
Dalam pameran tersebut, dijual beraneka makanan hasil agrowisata di daerah Bantul.
Ditanya manfaat dari pameran ini, Yuniarti menambahkan “ Pameran ini sangat bermanfaat bagi kami, selain mengenalkan makanan hasil agrowisata lokal bantul, kita juga merasa lebih mandiri dan percaya diri dalam membuat makanan lokal yang diaharapkan mampu menembus pasar nasional. Selain itu, kegiatan seperti ini juga memotivasi para ibu-ibu rumah tangga untuk bertindak melakukan suatu hal yang positif dari pada diam dirumah”.
“Pada tahun 2015 mendaatang,  pemerintah Kabupaten Bantul akan mengangkat makanan tradisional  di masyarakat menjadi sebuah kekayaan yang dimiliki oleh Kabupaten Bantul” tambah Yuniarti disela-sela kesibukannnya menjual makanan hasil pelatihannya kepada sejumlah konsumen.
 Sigid Kurniawan/153070139


Continue Reading...

PILAR VISUAL ART EXHIBITION “LOCALWARMING”

Perkembangan dunia seni memang tidak ada habisnya. Hal ini terbukti dengan adanya exhibisi karya seni yang bertajuk “Localwarming”. Acara yang diselanggarakan oleh komunitas yang menamakan dirinya PILAR ini mengadakan acara mulai dari 3-11 november yang akan datang. Acara yang diselanggarakan di Bentara Budaya Ygyakarta ini memamerkan 4 patung, 14 lukisan dan 2 instalasi. Karya yang paling menarik adalah sebuah karya teks culture yang berbunyi HEAVEN, yang menarik adalah teks ini di tuliskan dengan warna hitam dengan sepasang burung bangkai memakan sebagian dari tulisan itu. Menurut seniman yang membuat Putu Aan Juniartha “ sapa yang bilang surga itu harus berwarna putih”. Seniman menggunakan warna hitam sebagai makna dari tanda Tanya yang dia alami selama ini. Melalui permainan visual dia berharapn dapat menemukan jawaban atas kegelisahan dan tanda Tanya yang besar seperti apa surga itu.( G. Agung Bayu Kurniawan 153070021)
Continue Reading...

OPEN HOUSE GEDUNG AGUNG

Jika kita akan berkunjung ke Jogjakarta sepertinya kita harus menambahkan satu lagi peta tujuan wisata kita. Mulai tahun ini Gedung Istana Negara atau yang lebih kita kenal dengan Gedung Agung  mulai di buka untuk umum. Tetapi kita harus berombongan untuk dapat masuk ke gedung ini. Untuk pertama kalinya gedung ini di buka untuk umum pada jumat 6 november lalu yang berakhir pada hari ini 8 november. Gedung ini di buka untuk umum sebgai rangkaian acara Jogja Malioboro Carnival, yang juga berakhir pada hari ini juga. Walau baru dibuka satu kali pada tahun ini, rencananya akan dijadikan sebagai agenda tahunan. Tapi sayangnya yang baru bisa diterima untuk berkunjung digedung ini adalah rombongan dari lembaga, komunitas, yang jumlahnya minimal 50 orang, tutur Suyaka (petugas istana red.). Untuk paket tour istana ini adalah, pertama dijelaskan tentang sejarah gedung yang dibangun pada tahun 1832 ini. Ruang pertama yang diperkenalkan adalah Ruang Garuda, ruang ini biasa digunakan untuk rapat cabinet yang di awali pada masa jabatan Presiden Soekarno. Selajutnya adalah ruangan yang terletak di sebelah kanan dari Ruang Garuda adalah ruang Sudirman, dinamakan demikian karena ruang ini dulunya tempat dimana Sudirman meminta izin untuk berperang kepada Presiden.
Ruang Diponegoro yang terletak di sebelah Kiri ruang utama berfungsi sebagai ruang pertemuan empat mata dan sebagi transit tamu Negara yang sedang berkunjung. Selanjutnya pengunjung diajak masuk lebih dalam menuju ruang makan VVIP yang terletak di belakang ruang utama, ruangan ini digunakan untuk jamuan makan yang undangannya langsung dari presiden. Karena sangat privat jumlah kursi yang ada di ruang makan ini pun disesuiakan dengan tamu yang akan berkunjung, jika ada yang batal hadir jumlah kursi akan dikurangi, dan yang menarik lagi adalah dalam ruangan ini suami istri tidak dapat duduk bersebelahan harus selang seling dengan tamu yang lain. Makanan yang diajikan pun harus melalui berbagai pemeriksaan dari dinas POM daerah, dan pasukan pengaman presiden sendiri. Lebih kedalam lagi kita akan melihat ruang kesenian, ruang ini berfungsi sebagai tempat menjamu tamu melalui berbagai pertunjukan kesenian.
Disebelah kiri dari ruang kesenian ini adalah ruang sawo jajar yang digunakan sebagai tempat menginap tamu-tamu kenegaraan. Sebelah kanan ruang dari ruang kesenian kita akan melihat wisma Bumi Retawu yang digunakan sebagai tempat menginap paspampres, dokter istana dan sebagainya. Tour ni ditutup dengan adanya penjual berbagai macam pernak-penik istana. Antusiame warga sangat terlihat, walaupun tidak banyak warga yang tau akan event ini sehingga warga yang berkunjungpun tidak begitu banyak.(G. Agung Bayu Kurniawan 153070021)
Continue Reading...

Belajar dari Puntadewa dan Werkudara

Pemanasan global karena kesalahan-kesalahan kecil yang berakumulasi. Tapi sangat mungkin satu kesalahan atau kebenaran kecil akan mengubah sesuatu yang besar.

Dalam wacana global mengenai global warming, diterangkan tentang ancaman semakin rapuhnya dunia ini. Dunia fisik dan dunia simbolis. Dunia fisik di sini adalah bumi, sedangkan dunia simbolis menyangkut segala aspek kehidupan manusia dengan segala ornamen dan propertinya.

Menurut logika dalam wacana global warming, diterangkan mengenai ancaman melelehnya kutub utara, bocornya lapisan ozon, cuaca tidak menentu dan sebagainya merupakan akibat kesalahan perseorangan.

Di beberapa daerah di Jawa, sampai hari ini masih dipercaya tentang mitos, bahwa seseorang yang secara personal melakukan kesalahan yang menentang atau melanggar norma yang disakralkan (tabu) dapat membawa dampak yang bersifat kolektif. Orang jawa percaya bahwa antara jagad cilik dan jagad gede berikatan dan saling mempengaruhi.

Tidak ada yang paling sakti dan sejati dalam wayang, bahkan Dewa Sekalipun. “Kenapa jimat kalimasada bisa sirna Kakang Semar?” Tanya Puntadewa kepada Semar. Semar menjawab “Kamu adalah seorang satria berdarah putih, yang adil da bijaksana, tapi kamu telah melakukan satu kesalahan fatal. Kamu berjudi dan mempertaruhkan istrimu dan itulah pangkal semua bencana, yang mengakibatkan Kurukhsetra berdarah”.

Itulah salah satu petikan kisah Mahabarata. Ketika Puntadewa sudah memerintah Astina Pura dan Indrapastra usai Bratayudha. Jimat kalimasada yang merupakan pusaka sakti andalan Puntadewa tiba-tiba hilang, karena perbuatan tercela yang dilakukannya. Judi dadu yang menjadi pangkal terjadinya perang Bratayudha. Perang besar yang mengakibatkan punahnya wangsa kuru.

Werkudara dengan kesetiaan yang penuh kepada Durna mencari kayu gung susuhing angin dan tirta kamandanu. Di tengah samudera bertemulah dia dengan Dewaruci, sosoknya kecil, hanya sebesar ibu jari Werkudara. Werkudara diminta oleh Dewa Ruci untuk masuk ke telinganya. Mula-mula werkudara menolak “mana mungkin badanku yang sebesar ini masuk ke telingamu yang begitu kecil”.Dewaruci menjawab “jangankan kau, jagad seisinya dapat kumasukkan ke telingaku”. Akhirnya Werkudara masuk ke dalam telinga Dewaruci dan kembali melihat sosok Dewaruci . Werkudara yang biasanya tidak bisa berbicara dengan bahasa halus bahkan kepada Dewa, namun saat itu untuk pertama kali Werkudara berbicara dengan bahasa halus. Di sanalah Werkudara menemukan ilmu yang sejati. Ilmu nganti kawruh yang penuh dengan kerendahan hati.

Di sinilah dunia sungsang, dunia bolak-balik. Kecil di dalam besar, besar di dalam kecil. Kadang seringkali kita terjebak dengan hal-hal dangkal dan tampak sepintas mata. Masih banyak hal-hal yang tidak bisa dinilai hanya dengan pengamatan luar.

Tidak ada kata terlambat untuk mengubah hidup dan kehidupan dengan cara apapun untuk menjadi yang lebih baik. Siapakah yang akan kita contoh. Puntadewakah? Werkudarakah? Ataukah sosok siapakah?Puntadewa yang bijaksana kehilangan jimat kalimasada, Werkudara yang brangasan mendapat ilmu yang sejati.


ANDIKA ANANDA/153070083
Continue Reading...

Studiklub Teater Bandung di usia 50 tahun





Dalam rangka memperingati 50 tahun Studi Teaterklub Bandung (STB), diluncurkan kumpulan esai yang berjudul “Melakoni Teater”.

Rabu pekan lalu (26/10/2009) Digelar acara bedah buku “Melakoni Teater” dan pementasan monolog “Nyanyian Angsa” oleh Studi Teaterklub Bandung. Acara digelar di teater arena Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Dengan pembicara DR.Yudi Aryani M, Hum. Tampak juga beberapa seniman dan komunitas teater yang hadir, seperti Wani Darmawan, Ibed Surgana Yuga, komunitas Teku, Lembaga Teater Perempuan, Saturday Acting Club, dll yang hadir pada peluncuran buku tersebut.

Buku “Melakoni Teater” merupakan kumpulan esai dari para pelaku, penulis dan kritikus teater Indonesia. Beberapa di antaranya Putu Wijaya, Putu Satria Kusuma, Beni Yohanes, Halim HD dan sejumlah nama lain yang tidak asing di jagad teater kontemporer Indonesia.

Sebagai kelompok teater tertua di Indonesia STB telah melakukan proses selama lima puluh tahun dengn lebih dari ratusan karya telah dipentaskan. STB sempat mengalami vakum sepeninggal Suyatna Anirun, pendiri STB. Namun beberapa muridnya seperti Wawan Sofwan, Muhamad Sunjaya, Ags. Arya Sanjaya akhirnya kembali turun gelanggang untuk melanjutkan perjuangan STB hingga hari ini.

Tak bisa dipungkiri betapa penting kehadiran STB dalam geliat teater Bandung dan teaeter Indonesia hari ini. Di Bandung sendiri, ketika dirunut secara silsilah hulu kreatif perteaterannya bermula dari STB dan Suyatna Anirun. Coba kita lihat Komunitas Payung Hitam, Laskar Panggung, Teater Republik, Creamer Box, Actor Unlimited dan sejumlah kelompok teater lainnya, dulunya adalah orang-orang STB yang kini mendirikan kelompok teaternya sendiri.

 “Dalam buku ini akan kita temukan siapakah sebenarnya STB dan bagaimankah perannya dalam konstelasi teater modern Indonesia” terang DR.Yudi Aryani M.Hum. Yudi Aryani menjadi salah satu saksi bagaimana proses kreatif yang pernah dilakukan STB ketika ia terlibat aktif dalam salah satu proses STB. Menurutnya STB memang tak bisa dipisahkan dengan sosok Suyatna Anirun. Tampak sekali perbedaan capaian estetis dan pola kerja STB saat ini bila dibandingkan dengan masa Suyatna. STB identik dengan realisme “gaya Suyatna” yang cenderung mengarah ke realisme konvensional gaya Eropa, dengan pola akting Stanislavsky. Salah satu garapan Suyatna yang paling mengagumkan adalah King Lear. Pada saat itu Suyatna menyutradarai sekaligus bermain sebagai Lear, Si Raja Tua. Sayangnya suasana diskusi yang terkesan terlalu formal dan normatif membuat audiens tidak responsif’ ungkap Nanang Arizona, salah satu peserta pada celah diskusi.

Usai acara diskusi dipentaskan sebuah monolog dengan lakon saduran “Nyanyian Angsa” karya pengarang Rusia Anton Chekov. Dalam lakon tersebut diceritakan tentang aktor tua yang dalam keadaan mabuk mendatangai panggung tempat biasanya ia berlatih dan pentas. Lelaki itu bercerita ketika masih muda dengan penuh semangat dan gairah ia mainkan tokoh-tokoh penting dan naskah-naskah besar.

Bila direnungkan lebih jauh, lakon monolog yang dimainkan bisa menjadi satu sindiran personifikatif. Pada kenyataannya, hari ini berteater menjadi pilihan dengan konsekuensi yang begitu sulit dan berat. Berbeda dengan dunia senirupa, menulis, fotografi dan tari. Para pelakunya bisa hidup dari sana. Sebaliknya tidak mungkin pelaku teater hanya menggantungkan hidupnya pada teater semata.

Bengkel Teater Rendra dan Teater Mandiri bisa bertahan sampai hari ini karena subsidi silang dari honor menulis Rendra dan Putu Wijaya. Bagaimanakah nasib Rendra ketika tua?Dilupakan. Coba kita lihat juga teater koma yang begitu besar dengan manajemen produksi yang sangat professional sekalipun belum mampu menghidupi para aktornya ketika produksi tidak dilakukan.

Seperti nasib si aktor tua dalam naskah saduran ‘Nyanyian Angsa” yang dimainkan STB pekan lalu. “Sungguh baru kali ini aku melihat panggung dalam keaadaan kosong. Tak nampak apapun selain lubang pembisik, sementara aku tak bisa melihat bangku penonton , kecuali kursi kosong yang terdepan”.Demikian salah satu petikan dialog dalam naskah tersebut.

Selamat ulang tahun untuk Studiklub Teater Bandung. Lima  puluh tahun, usia emas untuk sebuah kelompok teater.

ANDIKA ANANDA/153070083

Continue Reading...

Pentas Ludruk “Geger Tegal Banteng”

“Tegal Banteng jibrat getih udan tangis” demikian kalimat terakhir Delan sebelum mati.
Selasa (3/10/09) digelar sebuah pentas ludruk oleh kelompok ludruk sinar jaya (SJ) pimpinan Cak Ganes. Setelah hampir lima tahun vakum, pada pentas kali ini SJ membawakan lakon yang berjudul Geger Tegal Banteng. Sebuah lakon yang diangkat dari kisah nyata dengan latar belakang masa penjajahan Belanda.

Dalam lakon tersebut diceritakan tentang Pak Lurah yang membeli sejumlah tanah warga dengan harga murah dengan alasan untuk dibangun pondok pesantren. Pada kenyataannya ternyata Pak Lurah adalah Suruhan dari Gopermen Belanda. Yang diberi tugas untuk membangun pabrik tepung. Delan, Jawara dari Tegal Banteng yang mendengar rencana busuk pak Lurah tidak terima. Semedi yang seharusnya ditempuh empat puluh hari di watu sewu untuk memperoleh ilmu kedigdayaan ditinggalkan. Akhirnya terjadilan pertumpahan darah antara kelompok pro lurah dan kelompok kontra lurah yang dipimpin oleh Delan yang tidak terima dengan kesewenang-wenangan Lurah. Semuanya mati tanpa terkecuali Delan dan Pak Lurah.

Pada adegan terakhir muncullah Buyut Simpen dan Mbah Kasan Tajab, sepasang suami istri yang dituakan di Tegal Banteng. Buyut Simpen menangis tersedu melihat Delan tewas bersimbah darah. Mbah Kasan Tajab berusaha menenangkan Buyut Simpen sambil mengatakan “ Iki wis dadi opo kang ginaris dening Gusti Allah, Tegal Banteng jibrat getih udan tangis” (ini sudah digariskan Tuhan, Tegal banteng penuh darah dan hujan air mata).

Pentas malam itu berlangsung kurang lebih 3 jam tersebut cukup menghibur penonton dan penuh dengan pesan. Tentang bagaimana kebenaran tidak selalu menang, demikian pula dengan kejahatan. Pada pementasan malam itu Delan sebagai symbol kebaikan dan Pak Lurah, sebagai simbol kejahatan sama-sama mati.

Menurut Suharyoso M.Sn, salah satu dosen ISI Yogyakarta, walaupun dimainkan oleh anak-anak muda yang awam dengan dunia ludruk, namun tidak mengecewakan, bahkan sangat menghibur. Demikian pula disampaikan oleh Tohir, salah satu tokoh ludruk Surabaya yang kebetulan menyempatkan datang pada malam itu. “anak jaman sekarang kebanyakan malu, jangankan main ludruk, nonton saja sudah nggak mau. Saya bangga kepada kawan-kawan muda yang mau nguri-uri kebudayaan kita”.

Menurut Cak Ganes, lakon Geger Tegal Banteng akan dipentaskan kembali di Gedung Societed Taman Budaya Yogyakarta pada tanggal 22 November 2009 nanti.


ANDIKA ANANDA/153070083
Continue Reading...

Friendship through culture of india

Indonesia dan India tidak hanya mempunyai kesamaan dalam hal adapt istiadat, kepercayaan, dan kebudayaan, namun juga memiliki banyak kesamaan dalam dunia kesenian. Apakah itu ditampilkan melalui kekayaan warna dan desain busana yang digunakan oleh para penari, maupun cerita Ramayana dan Mahabharata yang melatarbelakangi episode-episode tarian, juga gerakan-gerakan tarian yang dibawakan, sampai ke instrument musik yang digunakan, keragaman dari kedua Negara ini paling baik diekspresikan melalui berbagai bentuk dan metode kesenian.
Penampilan dari keempat grup yang didatangkan langsung dari India di Taman Budaya, Yogya, pada tanggal 3 november 2009 dalam acara “Festival of India” membuktikan poin diatas secara tepat.
Acara ini merupakan usaha yang sangat membanggakan bagi kedutaan India dan pusat kebudayaan India, jawaharial Nehru yang bertempat di Jakarta.
Acara ini di gelar di jogja dan bali karena kedua kota ini memiliki suasana yang hamper sam dengan di India. Dalam acara ini pula M K Singh, yang menjabat sebagai director embassy of India di Jakarta berpendapat bahwa pertunjukan Ramayana dan Mahabharata di Indonesia masih sangat utuh tidak seperti yang ada di India yang sudah dipotong-potong. Selain itu juga dr. ida Rohana sebagai dekan Fakultas Ilmu Budaya UGM “India sama dengan Indonesia disana sangat multiculture yang sama dengan Indonesia”. Acara yang mengambil tema “friendship through culture ini menarik banyak seklai penonton yang sudah mulai memadati tempat pertunjukan sejak pkl 19.00. ada 2 pertunjukan yang disajikan malam itu, yaitu Siddhi Dhamal yang diaminkan sekelompok orang menggunakan alat musik dan tarian sacral sebagai wujud persembahan bagi dewa. Selain itu juga disajikan tarian bernuansa teatrikal yang berjudul kartaveeryrjuna kalaga, dalam tari ini diceritakan sepasang raja dan ratu yang tidak juga dikaruniai anak, dan pada suatunketika dia dikaruniai anak tapi tanpa memopunyai tangan, tapi dengan berkat seorang guru dia mempunyai seibu tangan yang mempunyai kekuatan yang sangat besar.
Pertujuntukan diakhiri oleh Siddi Dhamal.(G. Agung Bayu Kurniawan, 153070021)
Continue Reading...

Minggu, 25 Oktober 2009

Setelah 2 Bulan istirahat, Jagongan Wagen Kembali Hadir





Bantul. Portalkiri – Setelah 2 bulan tak digelar karena Idul Fitri, Jagongan Wagen kembali hadir menyemarakkan seni pertunjukkan seni di Yogyakarta. Acara Wagen kali ini mengambil tema Dance Energy yang digelar di Padepokan Bagong Kusudiardja, Kembaran, Kasihan Bantul Sabtu (24/10).

Acara seni pertunjukkan tersebut menampilkan 2 sesu pertunjukkan. Sesi yang pertama diisi oleh teatrikal yang dikoreograferi oleh Satriyo Ayodya. Dalam dialog sebelum pementasan, Satriyo Ayodya menerangkan bahwa pada kesempatan kali ini mereka mengakat kesenian-kesenian daerah yang sering dilupakan oleh masyarakat. Serta adanya pengkotak-kotakan budaya atau seni yang masih menjadi kegelisahan bagi Satriyo Ayodya dan kawan-kawan.

Sesi kedua yaitu dari senior Padepokan Bagong Kusudiardjo, Sutopo Tedjo Baskoro. Koreografernya menampilkan adopsi dari sebuah tari tradisional Jawa yang diangkat menjadi seni yang lebih kontemporer. Yang menarik dari hasil koreografer Sutopo Tedjo Baskoro ini adalah para penarinya tidak ada yang berdiri, cuma sebatas duduk, jongkok, dan merebah. Mereka bereksplorasi tubuh dengan kondisi-kondisi seperti itu.
Iskandar (21) salah seorang penonton setia Jagonan Wagen menuturkan, “Jagongan wagen kali ini benar-benar menarik, sesuai tema Dance Energy kali ini”. “Walau 2 bulan kemarin Jagongan Wagen tidak digelar, namun acara kali ini mampu mengobati rasa kangen saya”, tambah Iskandar.

Selain tidak dipungut biaya, pihak panitia juga menyediakan minuman gratis bagi para pengunjung acara tersebut. Jagongan Wagen telah menjadi agenda bulanan di Yayasan Padepokan Bagong Kusudiardja yang mencoba melestarikan budaya serta menampilkan seni kontemporer pada masyarakat.

Sigid kurniawan/ 153070139
Continue Reading...

Komunitas Teater Sego Gurih Kirim Do’a

Bantul. Portalkiri –Sabtu pekan lalu digelar sebuah pementasan teater berjudul “KUP” oleh Teater Sego Gurih di desa Tembi.

Seperti biasanya, pada pementasan kali ini KUP masih dimainkan dengan menggunakan gaya dialog berbahasa Jawa. Pada pentas kali ini Sego Gurih tampil dalam rangka memperingati 100 hari meninggalnya orang tua salah satu kawan Sego Gurih.“Ya, kan sekali-sekali kirim do’a itu pakai pentas teater, biar lebih kontemporer hahaha”, kata Ibnu Gundul, sutradara Teater Sego Gurih”.

Kali ini, penulis naskah Wahyu Daksiraga mencoba mengangkat persoalan masyarakat pinggiran. Di mana diceritakan tentang konflik di dalam sebuah kampung karena adu domba salah satu warga. Uniknya adu domba tersebut dipicu oleh masalah kotoran manusia yang dibuang sembarangan di depan sebuah WC umum. Semua orang saling menuduh, mulai dari preman kampung, tetua kampung hingga anak-anak terlibat konflik tersebut.Sampai akhir pertunjukan konflik masih terus terjadi. Bahkan Wahid si preman kampung masih sibuk mencari si pembuang kotoran manusia.

Dalam “KUP” tersebut penulis naskah hendak berpesan tentang pentingnya kebersamaan. Terkadang hanya karena hal yang sangat sepele orang bisa berkorban apa saja, bahkan nyawa bisa melayang.

Pentas yang disajikan secara komedi ini sangat menghibur penonton. Derai tawa seakan tak berhenti selama pertunjukan berlangsung. Permainan terasa ringan dan cair, bahkan interaksi yang terjalin antara penonton dan permainan sangat terjalin dengan baik. Sayangnya pengaturan komposisi dan pemblokingan tidak digarap maksimal, sehingga banyak bagian pementasan yang tidak bisa dinikmati maksimal dari sudut pandang tertentu.

Tak bisa dipungkiri kehadiran Teater Sego Gurih cukup membawa angina segar bagi iklim perteateran di Yogyakarta. Bila kita tengok mainstream teater sekarang yang berkutat pada wilayah tubuh yang berangkat dari perbendaharaan teater tubuh Eropa.. Sebaliknya sego gurih mereproduksi kembali spirit teater tradisi Jawa pada wilayah kontemporer.


Andika Ananda/153070083
Continue Reading...

Raudal Tanjung Banua



Bantul. Portalkiri –Raudal Tanjung Banua, salah satu redaktur Jurnal Selarong-Kabupaten Bantul.



Pria yang hingga kini menetap di Dusun Mirisawit-Sewon ini lahir di Lansano, Kenagarian Taratak, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, 19 Januari 1975. Pernah menjadi koresponden Harian Semangat dan Haluan, Padang, untuk akhirnya memutuskan merantau ke Bali, dan bergabung dengan Sanggar Minum Kopi serta intens belajar dengan penyair Umbu Landu Paranggi.



Tahun 1997 pindah ke Yogyakarta, masuk Jurusan Teater, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta, mendirikan Komunitas Rumahlebah dan AKAR Indonesia—yang menerbitkan Jurnal Cerpen Indonesia.



Karya-karyanya yang berupa cerpen, puisi dan esei dipublikasikan di sejumlah media terbitan berbagai kota di Indonesia. Memperoleh sejumlah penghargaan dan pemenang lomba, di antaranya Purbacaraka Award dari Faksas Udayana (1996), Margarana Award (1996), penghargaan Sih Award dari Jurnal Puisi untuk puisinya “Pengakuan Si Malin Kundang” (2004) dan Anuegrah Sastra Horison (2005) untuk cerpennya “Cerobong Tua Terus Mendera”.


Bukunya yang telah terbit, Pulau Cinta di Peta Buta (Jendela, 2003, cerpen), Ziarah bagi yang Hidup (Mahatari, 2004, cerpen), Parang Tak Berulu (Gramedia Pustaka Utama, 2005, cerpen) dan Gugusan Mata Ibu (Bentang Pustaka, 2005, puisi)—keduanya masuk final Khatulistiwa Literary Award 2005 untuk kategori prosa dan puisi. Gugusan Mata Ibu juga memperoleh Anugerah Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) V/2007 di Malaysia.



Di samping menulis cerpen dan puisi, ia juga menulis novel dan naskah drama. Khusus naskah, ia melakukan kreasi dengan mentransformasikan sejumlah cerpen dan cerita rakyat menjadi naskah siap pentas. Beberapa naskahnya adalah “Penangkaran Buaya” (2000), “Lampor Kali Comber” (2000, transformasi), “Republik Binatang” (2001, transformasi), “Siti Baheram” (2007, transformasi cerita rakyat) dan “Saksi tak Boleh Bisu” (2008). Sejumlah naskah tersebut akan diterbitkan dalam waktu dekat dalam dua buku,”Penangkaran Buaya Siti Baheram” dan “Di Republik Binatang, Saksi tak Boleh Bisu”.

Continue Reading...

Relokasi Pasar Ngasem

Bantul. Portalkiri –Rencana relokasi pasar Ngasem ke Bursa Agro Jogja (BAJ) semakin santer terdengar.

Banyak pihak yang menyayangkan rencana relokasi ini. Pasar Ngasem dianggap sebagai salah satu tempat bersejarah dan tidak lepas dari tata ruang Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dalam tata ruang “Jawa”, antara keraton, alun-alun, masjid dan pasar ditata sedemikian ruang dalam satu lingkaran sirkulasi aktivitas. Coba kita lihat, di hampir setiap daerah di Jawa. Di depan kantor Bupati atau walikota terdapat lapangan atau alun-alun, di sekitarnya juga pasti ada masjid, pasar dan hal-hal lain yang menyertai.

Ketika pasar Ngasem dipindahkan, maka bukan hanya terjadi perubahan konstelasi ruang fisik, tetapi juga konstelasi sosiologi. Masyarakat sekitar pasar Ngasem yang bergantung pada dinamika pasar Ngasem akan kehilangan lapangan kerja. Mobilitas masyarakat tidaklah semudah yang dibayangkan. Tidak semata-mata mobilitas fisik. Bukankah di sekitar BAJ juga ada masyarakat yang sangat berharap banyak dengan relokasi Pasar Ngasem. Salah satunya lapangan kerja.

Bukan hanya pemerintah yang harus memikirkan sedemikian rupa proses relokasi, namun juga berusaha sepreventif mungkin untuk melihat kemungkinan yang terjadi ketika relokasi dilakukan. Coba kita lihat relokasi klitikan ke Wirobrajan. Di satu sisi alun-alun selatan menjadi ruang publik yang lebih rekreatif. Tapi ke manakah orang-orang yang tidak mampu menyewa lapak di Wirobrajan?

Di sisi lain, Warga Masyarakat Dukuh, daerah rencana relokasi Pasar Ngasem juga perlu mendapat perhatian. Dalam hal ini, ketika relokasi selesai dilakukan, dinamika yang baru akan muncul. Sangat mungkin terjadi alih profesi, perubahan pola interaksi masyarakat dan kecenderungan-kecenderungan lainnya. Sangat mungkin memunculkan kesenjangan yang mengarah pada konflik baik secara mental maupun fisik.

Kompisisi sosiologis Pasar Ngasem “kedua” akan berubah, irama kerja akan berubah, atmosfir Yogyakarta akan berubah. Nantinya warga eks “Pasar Ngasem lama” dan masyarakat sekitar BAJ akan membentuk kesepakatan-kesepakatan sosial dalam proses interaksi masyarakat “Pasar Ngasem baru”. Dalam hal ini pamerintah hendaknya lebih berperan sebagai fasilitator. Bukan sebagai pemancang aturan sepihak.

Pemerintah perlu membuat bingkai perencanan lebih matang untuk melakukan relokasi. Akan ke manakah para tukang parkir Pasar Ngasem?Akan ke manakah para tukang becak dan tukang ojek yang bergantung pada pengunjung Pasar Ngasem? Jangan pula dilupakan segala mitos dan sejarah tentang pasar Ngasem yang terlanjur dipercaya sebagai salah satu bagian penting dalan konsteladi dan kosmologi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.


Andika Ananda (153070083)
Continue Reading...

Game Developer, antara Hobi dan Profesi



Catatan lain dari pameran Jogjakomtek 2009

Ruang Publik untuk Anak

Dunia ini tak lebih dari “sebuah permainan”. Menjalani kehidupan sama halnya dengan “bermain”. Memilih sebuah permainan yang di dalamnya ada aturan main yang harus kita ikuti.

Game Developer salah satu hobi kreatif yang menjanjikan masa depan.

Dari anak kecil sampai orang tua, siapa yang tak suka bermain?Tentu saja permainan anak-anak dan orang tua akan berbeda. Bermain dan permainan tidak sebatas menjadi hiburan semata. Lebih dari itu, bermain menjadi sebuah ruang khatarsis secara artifisial maupun simbolis.

Dalam salah satu film Hollywood yang berjudul Jumper diceritakan tentang seorang anak indigo yang mempunyai kemampuan teleportasi (menerabas ruang dan waktu dengan kekuatan pikiran). Realitas film sebagai hasil rekayasa imaji,fantasi simulasi yang diolah sedemikian rupa seolah-olah nyata. Segala rekayasa fiksi dapat dikonstruksi sedemikian rupa, bahkan untuk mewujudkan “kemustahilan” sekalipun.

Pada kenyataan hari ini, di sekitar kita, tanpa satu “kelebihan khusus” sekalipun, setiap orang mampu menerabas ruang dan waktu, bahkan yang mustahil sekalipun dengan berbagai cara yang dianggap paling efektif, efisien walaupun terkadang sering mengabaikan rasionalitas. Lihat saja bagaimana handphone, televisi, internet, video game dan sebagainya yang akrab dengan sebagian besar “manusia kini”. Handphone, televisi, internet, video game hanya beberapa contoh hasil rekayasa industri kreatif yang terus diupdate dan diupgrade (dikembangkan) sedemikian rupa baik desain maupun fiturnya.

Kembali pada dunia bermain. Ketika ruang bermain fisik anak terasa mengkhawatirkan, semakin sempit, bahkan mungkin tidak ada lagi, maka anak-anak memerlukan sebuah ruang alternatif. Untuk memenuhi hasrat bermainnya, kemudahan mengakses teknologi dijadikan salah satu pelampiasan. Salah satunya video game. Anak-anak masuk ke dalam ruang-ruang “kemustahilan” dalam rekayasa animasi visual. Berpetualang ke dunia maya, berteleportasi tetapi tidak menggunakan kekuatan pikiran seperti dalam films Jumper.

Anak kecil generasi hari ini lebih akrab dengan Playstation, Xbox, Nintendo, Game Boy, dll ketimbang permainan tradisional seperti jamuran, cublak-cublak suweng, congklak, dll. Zaman sudah berbeda, sebagian besar anak-anak lebih suka berada di rental playstation daripada berkumpul dengan kawan-kawannya untuk sekedar bermain petak umpet di halaman rumah. Apakah ini tanda ruang publik untuk anak-anak sudah tak ada lagi?

Hiburan, anak-anak, ruang bermain telah dikomodifikasi sedemikian rupa oleh pihak tertentu demi meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Ruang-ruang publik fisik untuk anak telah berpindah ke dalam kepingan CD game, lorong-lorong yang penuh warna, kilatan cahaya, kekerasan dan berbagai macam sensasi lain. kenaifan anak-anak “dibunuh”, dibawa masuk ke cerobong-cerobong yang sesak polusi teknologi dan industri yang bernama video game.

Para ahli dari berbagai bidang yang mengkaji persoalan anak dan video game. melontarlam beberapa pernyataan. Misalnya, bahwa anak-anak menjadi semakin individualis, mengalami ketidakstabilan emosi, kehilangan orientasi dan realitasnya sebagai anak-anak, kehilangan ruang publik, dsb. menjadi masalah yang semakin lama, semakin tak terselesaikan. Buktinya rental video game semakin banyak, orangtua tidak keberatan membelikan video game untuk anaknya sebagai hadiah atau bentuk kasih sayang kepada anaknya.

Sungguh Absurd, dengan alasan kasih sayang dan memberikan rasa aman, banyak orangtua yang membiarkan anaknya berjam-jam bermain video game daripada keluar rumah bahkan belajar. Para orangtua yang seperti ini lupa bahwa video game tak lebih berbahaya dari jalanan.

Bagaimana jika generasi selanjutnya adalah generasi yang hanya larut dalam kemustahilan-kemustahilan, fantasi dan simulasi yang akhirnya mengakibatkan mereka menjadi gugup dan gagap menghadapi realitas bahwa mereka adalah anak-anak?

Mungkin tulisan ini akan berhenti sampai di sini bila kita melihat dunia game hanya dari satu sisi. Tulisan ini pun tidak berekspektasi untuk memberikan solusi persoalan-persoalan mengenai dampak negatif video game.

Frida : “Dunia Game, lebih dari Dunia Bermain”

“Live is short play more”. “Hidup ini singkat kawan, banyaklah bermain”. Itulah pesan iklan X-Box, salah satu merk video game terkemuka di dunia yang diproduKsi oleh Microsoft. Sebuah pesan iklan yang singkat, padat dan sangat provokatif.

Kita boleh bangga, bahwa Bangsa kita memiliki banyak orang kreatif dalam berbagai bidang dengan pencapaian prestasi yang diakui dunia. Dari sekian banyak bidang, ada satu bidang yang cukup menarik dan cenderung baru berkembang di Indonesia, yaitu game developer. Game developer adalah orang-orang kreatif yang hobi sekaligus pekerjaannya adalah membuat game.

Setelah mengatur janji, akhirnya 18 Oktober lalu saya bertemu Frida (sapaan akrab Frida Dwi Iswantoro) pada pameran Jogjakomtek di Jogja Expo Center. Anak muda kreatif yang menekuni dunia pembuatan game sejak tahun 2005 ini bekerja di sebuah perusahaan pembuat game yang berasal dari Sunderland, Inggris. Bagi Frida membuat game adalah sebuah titik temu antara hobi dan pekerjaan.

Semasa SMA Frida tak lebih dari seorang siswa biasa yang suka bermain game. Seringkali Frida menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bermain game. Salah satu game favoritnya adalah counter strike, sebuah game perang antara tim pemburu teroris dan kelompok teroris yang berusaha meledakkan suatu tempat. Di kalangan penggila game tentu tak asing dengan game yang satu ini. Siapa yang menyangka hobinya bermain game ternyata berdampak positif. Kegemaran bermain game membawa Frida menjadi seorang pembuat game profesional.

Berawal dari sebuah keisengan mengikuti sebuah forum flash game (:jenis software untuk membuat animasi). Kebetulan Frida berkenalan dengan Mas Wanda, seorang flash game developer yang cukup handal. Obrolan demi obrolan antara Frida dan Mas Wanda membuat Frida tertarik untuk tahu dan belajar lebih banyak tentang flash game.

Awalnya Frida mempelajari pembuatan flash game lewat e-book, buku yang disebarkan secara online di forum yang ia ikuti. Frida yang pernah mengenyam pendidikan Diploma 1 desain grafis memudahkan Frida untuk untuk belajar dan memahami operasional dan aplikasi pembuatan game dengan piranti lunak flash lebih cepat.

Game developer sebagai sebuah forum yang disebarkan lewat milis-milis sudah ada sejak tahun 1993. Ketika itu sudah muncul buku tentang pembuatan game yang berbasis bahasa C. Tahun 1993 menjadi embrio awal sebelum dikembangkan dalam bentuk forum tersendiri di luar milis dan bahkan sekarang menjadi sebuah profesi yang mulai banyak diminati dan cukup menjanjikan.

Dalam memuat game walau yang sederhana sekalipun, biasanya diperlukan satu tim dengan spesialisasi bidang kerja khusus. Misal: Programmer, character artist (pembuat karakter tokoh game), interface artist (layout game), 3D modeller, concept artist (membuat konsep awal dan gambar manual tokoh), game designer (sistem penggunaan game), sound artist (pengisi suara) dan terakhir adalah beta tester (memeriksa bug dan error dalam game ).

Mungkin tak banyak yang tahu, begitu banyak game yang digemari hampir seluruh penggila game di seluruh dunia terdapat campur tangan orang Indonesia. Semua karakter mobil dalam game Need for Speed Underground”, ilustrasi musik final fantasy, ilustrasi game Contra terbaru dan masih banyak lagi game yang melibatkan kemampuan orang Indonesia dalam proses pembuatannya. Tentu kita patut bangga.

Dunia Game, lebih dari dunia bermain dan saya bangga dengan pekerjaan saya, banyak orang menganggap pekerjaan saya luar biasa dan keren” kata Frida. Pekerjaan di dunia game merupakan sebuah bisnis yang mengandalkan kreativitas. Perlu ketekunan yang luar biasa bila ingin bekerja dalam bidang ini. Baginya pekerjaan dengan modal kreativitas, tidak akan pernah habis selama seseorang masih memiliki semangat untuk melakukan inovasi dan terus mengikuti perkembangan dengan cerdas.

Berawal dari sebuah hobi dan iseng akhirnya menjadi pekerjaan yang menjanjikan. Tak perlu dibantah lagi dunia game, tidak sekedar menjadi dunia untuk bermain, bersenang-senang dan menghibur diri. Dunia game kini menjadi dunia yang potensial dan menjanjikan.

Dari pengalaman Frida, terbukti bahwa game memiliki sisi lain yang nyata positif. Sangat mungkin seorang anak kecil yang pada mulanya hanya suka bermain game, ketika diarahkan dia akan mempunyai keinginan untuk membuat game sendiri dan akhirnya bisa menjadi professional game developer.

Ruang publik untuk anak semakin sempit. Biarkan mereka memasuki ruang bermain lain, sebuah ruang yang kaya imaji, fantasi dan kenaifan anak-anak yang nantinya dibingkai dalam kreativitas yang muaranya positif. Tak bisa disangkal pentingnya orang tua dalam hal ini.

Tak perlu canggung, bagi siapapun yang ingin tahu lebih banyak tentang pembuatan game mungkin bisa bergabung di berbagai milis dan forum. Salah satunya gamedevid.org. Siapa tahu anda dapat menjadi seorang pembuatan game professional dan jadikan “dunia game lebih dari dunia bermain”.

Andika Anand (153070083)

Continue Reading...
 

Portal Kiri Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template