Minggu, 08 November 2009

Belajar dari Puntadewa dan Werkudara

Pemanasan global karena kesalahan-kesalahan kecil yang berakumulasi. Tapi sangat mungkin satu kesalahan atau kebenaran kecil akan mengubah sesuatu yang besar.

Dalam wacana global mengenai global warming, diterangkan tentang ancaman semakin rapuhnya dunia ini. Dunia fisik dan dunia simbolis. Dunia fisik di sini adalah bumi, sedangkan dunia simbolis menyangkut segala aspek kehidupan manusia dengan segala ornamen dan propertinya.

Menurut logika dalam wacana global warming, diterangkan mengenai ancaman melelehnya kutub utara, bocornya lapisan ozon, cuaca tidak menentu dan sebagainya merupakan akibat kesalahan perseorangan.

Di beberapa daerah di Jawa, sampai hari ini masih dipercaya tentang mitos, bahwa seseorang yang secara personal melakukan kesalahan yang menentang atau melanggar norma yang disakralkan (tabu) dapat membawa dampak yang bersifat kolektif. Orang jawa percaya bahwa antara jagad cilik dan jagad gede berikatan dan saling mempengaruhi.

Tidak ada yang paling sakti dan sejati dalam wayang, bahkan Dewa Sekalipun. “Kenapa jimat kalimasada bisa sirna Kakang Semar?” Tanya Puntadewa kepada Semar. Semar menjawab “Kamu adalah seorang satria berdarah putih, yang adil da bijaksana, tapi kamu telah melakukan satu kesalahan fatal. Kamu berjudi dan mempertaruhkan istrimu dan itulah pangkal semua bencana, yang mengakibatkan Kurukhsetra berdarah”.

Itulah salah satu petikan kisah Mahabarata. Ketika Puntadewa sudah memerintah Astina Pura dan Indrapastra usai Bratayudha. Jimat kalimasada yang merupakan pusaka sakti andalan Puntadewa tiba-tiba hilang, karena perbuatan tercela yang dilakukannya. Judi dadu yang menjadi pangkal terjadinya perang Bratayudha. Perang besar yang mengakibatkan punahnya wangsa kuru.

Werkudara dengan kesetiaan yang penuh kepada Durna mencari kayu gung susuhing angin dan tirta kamandanu. Di tengah samudera bertemulah dia dengan Dewaruci, sosoknya kecil, hanya sebesar ibu jari Werkudara. Werkudara diminta oleh Dewa Ruci untuk masuk ke telinganya. Mula-mula werkudara menolak “mana mungkin badanku yang sebesar ini masuk ke telingamu yang begitu kecil”.Dewaruci menjawab “jangankan kau, jagad seisinya dapat kumasukkan ke telingaku”. Akhirnya Werkudara masuk ke dalam telinga Dewaruci dan kembali melihat sosok Dewaruci . Werkudara yang biasanya tidak bisa berbicara dengan bahasa halus bahkan kepada Dewa, namun saat itu untuk pertama kali Werkudara berbicara dengan bahasa halus. Di sanalah Werkudara menemukan ilmu yang sejati. Ilmu nganti kawruh yang penuh dengan kerendahan hati.

Di sinilah dunia sungsang, dunia bolak-balik. Kecil di dalam besar, besar di dalam kecil. Kadang seringkali kita terjebak dengan hal-hal dangkal dan tampak sepintas mata. Masih banyak hal-hal yang tidak bisa dinilai hanya dengan pengamatan luar.

Tidak ada kata terlambat untuk mengubah hidup dan kehidupan dengan cara apapun untuk menjadi yang lebih baik. Siapakah yang akan kita contoh. Puntadewakah? Werkudarakah? Ataukah sosok siapakah?Puntadewa yang bijaksana kehilangan jimat kalimasada, Werkudara yang brangasan mendapat ilmu yang sejati.


ANDIKA ANANDA/153070083

0 komentar:

Posting Komentar

 

Portal Kiri Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template