Senin, 11 Januari 2010

Gairah Bisnis Melanda Kaum Intelektual muda.


            Seiring dengan perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan di era globalisasi sekarang, dunia bisnis pun turut mengalamai perkembangan yang pesat. Berbagai jenis usaha bermunculan mulai dari usaha manufaktur, kecil, menengah, bahkan yang besar sekalipun ikut peran serta meramaikan kancah persaingan bisnis di negeri ini.
            Beragam jenis usaha dengan inovasi baru pun lahir, baik didalangi oleh pemain lama atau pun pemain yang tergolong baru di dunia kewirausahaan. Jelasnya, kehadiran mereka dengan berbagai macam kreasi bisnis usaha yang diciptakan, turut memberi nafas bagi perekonomian negeri yang sedang carut – marut ini. Para pelakon dalam dunia kewirausahaan tersebut, berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, dan yang menjadi sorotan utama ialah semakin bermunculannya para pemain baru yang berasal dari kaum intelektual muda yang menciptakan peluang – peluang usaha dengan varian baru. Turut andilnya mereka dalam dunia kewirausahaan di Tanah air merupakan suatu fenomena yang sedang populer sekarang ini.
            Tampaknya gairah bisnis sedang melanda para kaum intelektual muda kita. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa para intelektual muda tersebut dengan bermodalkan insting bisnis, dan dengan segenap ide kreasi segar serta semangat energik yang mereka miliki mampu melahirkan jenis usaha baru yang lebih inovatif, atau pun me-recycle usaha jenis lama menjadi sebuah usaha/ bisnis dengan prospek yang lebih menjanjikan dari sebelumnya. Banyak contoh dari sekian kaum intelektual muda Tanah air ini yang memacu peruntungan lewat dunia bisnis, dan tidak sedikit pula diantara mereka yang meraih kesuksesan.

Naluri Bisnis Seorang Budi.

            Meski setiap harinya Budi Rahman disibukkan dengan kegiatan kuliahnya disalah satu perguruan tinggi swasta di wilayah Yogyakarta, bujangan kelahiran 22 tahun silam ini masih bisa menyempatkan diri untuk mengurusi usaha pembibitan ikan air tawar miliknya di sekitar daerah Babarsari, Sleman Yogyakarta.

        Budi Rahman merupakan salah satu potreit sosok wirausahaan muda asal Yogyakarta yang telah menekuni usaha pembibitan ikan air tawar hampir selama 2 tahun. Dengan segala kesibukan yang ia miliki, mahasiswa tingkat lima jurusan ekonomi ini mengaku menikmati usaha yang ia jalankan. Ia menjelaskan bahwa pada dasarnya memang gemar memelihara hewan dari sejak kecil, disamping itu ia memang menyenangi dunia bisnis, meskipun disadarinya ia sama sekali tak mewarisi darah pembisnis dari kedua orang tuanya. Kedua orang tua Budi, begitu Ia biasa dipanggil, hanyalah seorang pegawai negeri biasa, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga tulen. Namun walaupun demikian adanya, keluarga mendukung penuh atas usaha yang dijalani Budi sekarang ini.
            Berawal dari isengnya budi yang kerap nongkrong bersama teman – temannya di daerah sekitar tambak tempat pembudiyaan daya ikan air tawar, timbul hasrat dalam dirinya untuk mencoba menekuni usaha yang serupa. Bermodalkan uang pas – pasan dan pengalaman dimana dulunya Ia pernah mempunyai usaha kecil – kecilan dalam ternak jangkrik dan pengetahuan yang didapat dari lingkungan sekitar, maka Ia mulai mencoba menggeluti usaha pembibitan air tawar ini. Pada awal pertama kali merintis usaha, Ia memiliki seorang partner kerja dengan prinsip modal bersama dan ketentuan bagi hasil masing – masing 50 % per orang. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, mereka memilih pisah, dengan dalih ingin mengembangkan usaha secara mandiri. Menjadi seorang pengusaha sukses yang mandiri, sudah merupakan cita – cita Budi sejak awal mengenal bangku SMP, dan kini Ia telah mencoba untuk merealisasikannya.
            Hebatnya, usaha yang sudah Ia tekuni selama kurun waktu 2 tahun ini, dijalaninya tanpa bantuan seorang karyawan pun.Walau mengaku kerepotan dengan jadwal kuliah dan tugas harian yang padat, Ia lebih memilih menjalankan usahanya ini sendiri, sebab dengan begitu menurutnya usaha akan mudah terkontrol dengan baik. Hingga saat ini, Budi telah mampu menyewa 5 kolam besar dan 3 kolam kecil dengan total biaya sewa Rp. 2 juta / tahun, khusus untuk pembibitan ikan Nila, Gurame dan Bawal. Ia memilih pembibitan jenis ikan tersebut, sebab selain cenderung banyak peminatnya, harga jual lumayan tinggi, selain itu pasokan bibitnya pun mudah didapat dan perawatannya pun terbilang tidak serumit dan selangka bibit ikan Lele. Untuk bibit ikan, biasanya Ia mendapat pasokan silang dari kolam – kolam sekitar milik petani lain, dengan sitem simbiosis mutualisme alias bagi hasil ataupun dengan cara membeli seharga Rp. 200/ ekor.
Selama menjalankan usaha ini, Ia menjelaskan belum pernah mengalami kerugian. Tetapi bukan berarti usahanya bebas hambatan. Hambatan tersebut bukan berasal dari segi pemasaran, sebab Ia mengaku tidak terlalu khawatir terhadap persaingan yang terjadi antar sesama petani ikan, kemungkinan tersebut sedikit sekali, sebab yang sifatnya bahan pangan pasokan untuk permintaan pasar selalu dibutuhkan. “ Kita, sesama petani saling dukung...kok”. tuturnya. Ia mengungkapkan, keadaan seperti ini berbanding terbalik dengan pengalamannya saat menjadi peternak Jangkrik, yang mana begitu banyak diwarnai persaingan, yang tidak hanya dari peternak lokal saja, tetapi bahkan luar kota juga. Hambatan yang Ia alami selama menjalankan usaha ini, lebih dikarenakan faktor alam, yaitu adanya wabah musiman yang kerap menyerang ikan, suplai air kolam yang sulit disaat musim penghujan tak kunjung datang. Disamping itu, kendala lain yang menjadi hambatan ialah mengenai biaya pakan ikan yang sering membengkak, dimana Budi harus mengeluarkan kocek senilai Rp. 100.000/ bulannya untuk pembelian pakan ikan berupa pelet, dan untuk menekan biaya pakan, Budi harus menyiasatinya dengan membeli sayuran busuk guna asupan tambahan pakan ikan dengan biaya Rp. 5.000 rutin setiap harinya. Jadi, total rincian biaya pakan yang harus Ia keluarkan yakni sebanyak Rp. 250.000/ bulannya untuk 25 Kg bibit ikan. Hal lain yang menjadi perhatian Budi, yaitu masalah seputar sulitnya pencarian tempat untuk sewa kolam.
            Walaupun demikian, biaya yang membengkak dapat tertutupi dengan profit lumayan yang dibisa diraup Budi dari hasil penjualan ikan untuk masa 3 kali panen dalam 1 tahun, yakni rata – rata Rp. 900.000. Biasanya, Budi mematok harga jual bervariasi untuk masing – masing ikannya. Seperti bibit ikan Nila yang dijual Rp. 12.000/Kg, Bawal Rp. 10.000/Kg, dan yang paling mahal bibit ikan Gurame seharga Rp. 22.000/Kg. Target pemasaran bibit ikan milik Budi yakni langsung ke para tengkulak dan dilempar ke pasar – pasar tradisional. Hasil dari penjualan yang lumayan tersebut tentunya tak lupa Ia sisihkan sebagian untuk di tabung, dan sisanya, sering digunakan sebagi uang sakunya sendiri, sehingga jika hanya untuk sekedar jajan sehari – harinya, Ia sudah jarang mengharap pemberian orang tua.

Rahasia Dibalik Sukses Budi.


            Didalam dunia bisnis, memang kerap diwarnai sejumlah persaingan antar sesama pelakonnya. Intrik yang digunakan cukup bervariasi, guna melihat kejatuhan lawan bisnis dan mengalihkan saluran dari pundi – pundi keuntungan lawan ke kas sendiri. Berbagai macam cara dilakukan, entah itu melalui persaingan yang sehat, lewat peran halal atau pun licik, kesemuanya tergantung niat dan pilihan masing – masing dari para pelakonnya. Dalam percaturan bisnis, kemungkinan terburuk yang tersaji dalam kegagalan dan kerugian bisa saja menimpa siapapun dan kapanpun. Yang jelas tidak ada tempat bagi para pengecut di dalam persaingan ini.
            Demikian pula halnya dengan langkah berani yang diambil Budi, Disaat teman – teman sebayanya melangkah riang keluar masuk Mal, Ia malah asyik menceburkan diri kedalam dunia bisnis yang menguras waktu luang dan pikirannya. Langkah berani seorang Budi ini, patut diancungi jempol dan menjadi inspirasi bagi banyak anak muda lainnya. Bermodalkan kemandirian, keberanian dan ketekunan, Ia telah mampu melenggang ditengah kancah persaingan bisnis. Berkat restu dan dukungan moril dari orang – orang terdekatnya, layaknya kedua orang tuanya yang men-suport penuh atas aktivitasnya ini, Ia merasa lebih percaya diri lagi. Cita – cita yang Ia pelihara sejak awal, telah coba Ia wujudkan lewat usaha sederhana, namun bisa menjadi tonggak kesuksesannya dimasa mendatang.
            Budi yang dilatar belakangi keluarga agamis ini, selalu mengedepankan prinsip jujur pada kehidupan pribadinya, termasuk pula dalam kehidupan usaha yang sekarang Ia jalani. Strategi bisnis yang Ia terapkan, yakni selalu berusaha mengutamakan kualitas dan kepuasan pelanggannya. Maka tak mengherankan kalau hingga sekarang usaha miliknya kian hari kian berkembang. Ketika ditanya menyangkut soal harapannya untuk usahanya mendatang, Pemuda berlesung pipit ini nyengir sembari menjawab “ Harapan saya yah...kepengen usaha ini bakal langgeng seterusnya, dan kepengen juga sih...coba usaha lain, kayak punya usaha warung makan gitu...”.


Di tulis oleh : Septi Andriani ( 153070378 )


0 komentar:

Posting Komentar

 

Portal Kiri Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template